Sejak mengetahui Muthia punya masalah untuk berbicara, Bustami dan Nilawati berupaya mengobati anaknya yang malang itu.
Mereka sudah membawa Muthia berobat ke mana-mana, tapi belum berhasil sembuh.
"Ke dokter sudah, obat kampung juga sudah, bahkan akupuntur juga pernah. Tapi, belum juga sembuh," cerita Bustami.
"Alhamdulillah, rezekinya Imut ada saja buat berobat," imbuh Nilawati.
Baca juga: Kisah Yohanes Rongga, Penyandang Disabilitas Asal Manggarai NTT yang Mahir Bermusik
Bahkan, Bustami mengaku pernah merogoh kocek Rp 15 juta untuk membeli alat bantu dengar. Waktu itu, umur Muthia dua tahun.
Dia tidak memikirkan biaya itu demi menyembuhkan sang anak tersayang.
"Apapun sudah kami lakukan. Mungkin belum nasib," tutur Bustami.
Bustami bercerita, Muthia sosok anak yang berprestasi. Muthia pernah juara satu lomba mewarnai dalam rangka Hari Anak Disabilitas Internasional tingkat Kota Pekanbaru pada 2018.
Selain itu, Muthia juga pernah juara dua lompat jauh pada O2SN se Riau tahun 2022.
"Dia potensi di bidang olahraga. Dia banyak hobi olahraga, bisa bola voli, bulu tangkis dan lainnya. Selain itu, dia pintar matematika," sebut Bustami.
Baca juga: Kisah Yuli Yanika Bangun SD Inklusi, Menyemai Kesetaraan Pendidikan bagi Anak Disabilitas
Meski punya kendala dalam komunikasi verbal, Muthia tidak menghindar dari anak-anak lainnya. Dia juga tidak mau menyendiri.
Muthia menikmati hari-harinya dengan ceria bersama anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya maupun di sekolahnya.
"Sekarang dijalani saja. Dia sudah nyaman dengan kondisi seperti itu," kata Bustami.
"Dia anaknya happy. Temannya banyak. Kadang teman-temannya yang datang ke rumah ajak Imut bermain," tambahnya.