Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sadis, Nyawa Bocah SMP di Garut Melayang di Tangan Pelaku yang Berusia 12 Tahun

Kompas.com - 08/11/2023, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Agum Gumelar, bocah 13 tahun di Kabupaten Garut, Jawa Barat ditemukan meninggal dunia setelah hilang selama sepekan.

Jasad siswa SMP ditemukan di pinggiran Sungai Cimanuk, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Jumat (3/11/2023).

Dari hasil penyelidikan polisi, Agum tewas dibunuh temannya sendiri yang masih berusia 12 tahun.

Agum dan pelaku adalah teman sekolah.

Kematian Agum berawal saat ia dan pelaku bermain bola voli di kampung tempat tinggal mereka.

Baca juga: Kronologi Bocah Usia 12 Tahun di Garut Bunuh Teman SMP, Pelaku Dendam 3 Kena Bola Voli

Saat pertandingan, kepala pelaku terhantam bola voli yang dimainkan korban sebanyak tiga kali.

Ternyata kejadian tersebut membuat pelaku emosi dan menyimpan dendam.

Usai bermain voli, keduanya dan seorang teman, berenang di Sungai Cimanuk yang berada di kawasan Kecamatan Cibiuk, Garut.

Saat berenang, korban sempat hanyut dan ditolong oleh pelaku. Namun saat berada di pinggir sungai, pelaku melukai korban dengan cutter yang ia bawa.

Korban yang kehabisan darah itu pun meninggal dunia. Hal tersebut diungkapkan Kasat Reskrim Polres Garut, AKP Ari Rinaldo pada Senin (6/11/2023).

"Ya. Kalo dari sementara, ada keterangan seperti itu (sempat menolong korban yang hanyut)," ujar dia di Mapolres Gaut, Senin.

"Dilakukan penolongan dan tangannya memegang, dan satu lagi menghunuskan cutter, posisinya yang satu (tersangka) di atas, yang satu (korban) di bawah," lanjutnya.

Baca juga: Bocah 12 Tahun di Garut Bunuh Temannya karena Terkena Bola Voli

AKP Ari menuturkan, tidak ada pertengkaran di antara korban dan tersangka dalam kejadian tersebut.

"Cuma tidak terima saja, pas mandi ada kesempatan maka dilaksanakanlah," ucapnya.

Dari hasil pemeriksaan, temannya itu tidak mengetahui kejadian mengenaskan tersebut.

"Temannya itu tidak mengetahui tentang kejadiannya seperti apa," ungkap Ari.

Setelah melukai korban, pelaku pulang bersama temannya yang tak tahu kejadian tersebut.

Peristiwa tragis itu kemudian berlalu selama sepekan. Keluarga korban sempat melaporkan lalu menyebarkan kabar bahwa anaknya hilang.

Sementara itu saat jenazah korban ditemukan, ada luka sayatan benda tajam di lehernya.

"Ada hal-hal yang tidak bisa kita ungkapkan, ini masih dalam proses penyidikan," ucap Ari.

Baca juga: Gunung Papandayan Garut Terbakar, Penyebabnya Masih Diselidiki

Warning bagi orangtua

Ilustrasi bullying.Thinkstockphotos.com Ilustrasi bullying.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya angkat bicara terkait kasus anak SMP menghabisi nyawa temannya sendiri di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Ketua KPAID Tasikmalaya, Ato Rinanto menyebut, pihaknya tengah mendampingi anak yang jadi pelaku dalam kasus tersebut.

"Kita melakukan pendampingan kepada ananda terduga pelaku. Jadi kita ikut prihatin dengan hal ini bisa terjadi, ini adalah warning bagi para orang tua," ujar Ato, Selasa (7/11/2023).

Peristiwa tersebut, menurut Ato, harus jadi perhatian bagi para orang tua anak dalam melakukan pengawasan yang ketat terhadap anak-anaknya.

Ia juga mendesak semua pihak terkait untuk melakukan assesmen yang melibatkan para ahli, hal ini dimaksudkan untuk mencari tahu motif, selain dari motif yang diketahui dari hasil penyelidikan kepolisian.

Baca juga: Cerita Emak-emak yang Rela Datang dari Garut demi Dukung Anies-Cak Imin, Tetap Semangat meski Terlambat

"Kami khawatir ini ada variabel-variabel yang lain yang mengakibatkan anak ini melakukan itu," ucap Ato.

"Jadi artinya bahwa sebetulnya main voli itu mungkin hanya sebagai akumulasi saja, nah ini kan butuh didalami," lanjutnya

Ato menjelaskan, hasil dari pendalaman itu nantinya akan menjadi bahan evaluasi yang bisa disampaikan kepada para orang tua, sehingga kejadian tersebut tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

Ia juga menyebut, perlu ada assessment pendampingan menyeluruh tidak hanya bagi orang tua korban, tapi juga untuk orang tua terduga pelaku.

Pihaknya juga berharap anak yang menjadi terduga pelaku tersebut tidak menjadi korban bullying selanjutnya.

Baca juga: Bertambah, 52 Orang Keracunan Sate Jebred di Garut, 3 Warga Meninggal

"Ya kita sama sama menjaga, karena ini (mereka) bertetangga, berteman, jangan sampai kemudian terjadi hal hal yang tidak diingkan yang berdampak pada buruknya perkembangan anak yanh berasa di lingkungan itu," tandas Ato.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul ''Warning bagi Para Orang Tua,'' KPAID Dampingi Bocah yang Habisi Temannya di Garut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pekan Sawit 2024 di ATI Padang, Menperin Fokuskan Kebijakan Hilirisasi

Pekan Sawit 2024 di ATI Padang, Menperin Fokuskan Kebijakan Hilirisasi

Regional
Jaringan Pengiriman Motor Bodong ke Vietnam Dibongkar, Pelakunya Warga Demak

Jaringan Pengiriman Motor Bodong ke Vietnam Dibongkar, Pelakunya Warga Demak

Regional
Pemkab Aceh Barat Bangun 600 Jamban untuk Warga Miskin

Pemkab Aceh Barat Bangun 600 Jamban untuk Warga Miskin

Regional
8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

8 Orang Meninggal akibat DBD di Solo, Mengapa Kasusnya Masih Tinggi?

Regional
Balita 7 Bulan di Bima Jadi Korban Penculikan

Balita 7 Bulan di Bima Jadi Korban Penculikan

Regional
Aturan Baru PPDB SMP di Banyumas 2024, Tak Boleh Lagi Numpang KK

Aturan Baru PPDB SMP di Banyumas 2024, Tak Boleh Lagi Numpang KK

Regional
Kurir Sabu 2,5 Kilogram Ditangkap di Magelang, Buron dari Jaringan Aceh-Jawa

Kurir Sabu 2,5 Kilogram Ditangkap di Magelang, Buron dari Jaringan Aceh-Jawa

Regional
16 Pekerja Migran Nonprosedural Terdampar di Pulau Kosong Nongsa

16 Pekerja Migran Nonprosedural Terdampar di Pulau Kosong Nongsa

Regional
Jokowi: Harus Relokasi, Tak Mungkin Pembangunan di Jalur Bahaya Marapi

Jokowi: Harus Relokasi, Tak Mungkin Pembangunan di Jalur Bahaya Marapi

Regional
Sopir Mobil yang Terbakar di Banyumas Masih Misterius, Sempat Terekam Berjalan Santai Menjauhi TKP

Sopir Mobil yang Terbakar di Banyumas Masih Misterius, Sempat Terekam Berjalan Santai Menjauhi TKP

Regional
Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Pemkab Kediri Alokasikan Dana Hibah Rp 5 Miliar, Mas Dhito: Komitmen Tuntaskan PTSL

Regional
Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Kunjungi Korban Banjir Lahar Dingin di Sumbar, Jokowi Bagikan Sembako

Regional
Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Masuk Musim Kemarau, 80 KK di Semarang Kekurangan Air Bersih

Regional
Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Bocah 14 Tahun di Bali Diperkosa 3 Pria Dewasa di Hotel, Korban Kenal Pelaku di Medsos

Regional
Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Viral, Unggahan Website Resmi Pemkot Posting Berita Wali Kota Semarang Maju Pilkada, Ini Penjelasan Kominfo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com