Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Mahasiswa Universitas Brawijaya tentang Gunung Kawi Timbulkan Polemik, Pengelola Pesarean Layangkan Surat Keberatan

Kompas.com - 21/10/2023, 12:15 WIB
Imron Hakiki,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pengelola Pesarean Gunung Kawi, Yayasan Ngesti Gondo, menyampaikan surat keberatan terkait penelitian lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB).

Penelitian tersebut tentang Gunung Kawi yang berjudul Artha Kawi: Kawi's Local Culture and Mental Disorder.

Surat Keberatan itu dilayangkan Yayasan Ngesti Gondo pada 12 Oktober 2023, tertuju kepada Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya selaku dosen pembimbing penelitian, Destyana Elingga Pratiwi, dan 5 mahasiswa.

Lima mahasiswa itu berasal dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yakni Muhammad Harun Rasyid Al Habsyi, Zulfikar Dabby Anwar, Suntari Nur Cahyani, Anggi Zahwa Romadhoni dan Andini Laily Putri.

Baca juga: Gunung Kawi: Lokasi, Pesugihan, dan Makam Tokoh Bangsawan Penentang Penjajah

Juru Bicara Yayasan Ngesti Gondo, Alie Zainal Abidin, mengatakan pihaknya merasa keberatan lantaran mereka menilai ada beberapa prosedur yang tidak sesuai dalam proses kerja penelitian karya ilmiah kelima mahasiswa tersebut.

"Awalnya kami mengetahui penelitian itu dari media sosial dan pemberitaan media massa digital. Setelah dibaca berita itu, Yayasan Ngesti Gondo merasa terganggu," ungkapnya melalui sambungan telepon, Sabtu (21/10/2023).

Sebab, dalam berita tersebut disebutkan bahwa penelitian itu salah satunya memuat tentang informasi dan diksi pesugihan yang ada di pesarean Gunung Kawi.

Alie menegaskan bahwa praktik semacam itu tidak ada di Gunung Kawi.

"Tidak benar ada praktik pesugihan di pesarean Gunung Kawi. Oleh karena itu kami meragukan validasi informasinya, apakah benar-benar ilmiah. Sebab, kalau berbicara penelitian, kan ada metodenya," tuturnya.

Sebab, menurut Alie, selama ini pihak pengelola pesarean juga tidak pernah dimintai izin terkait penelitian tersebut.

Baca juga: Tanah Longsor Terjadi di 10 Titik dalam Sehari di Kaki Gunung Kawi Blitar

"Kalau penelitian ilmiah kan biasanya ada pengantar dari pihak kampus. Kemudian disampaikan kepada pihak terkait, dalam hal ini pesarean Gunung Kawi."

"Dari situ pastinya pihak pesarean akan bertanya cakupan penelitian dan data apa yang dibutuhkan untuk disiapkan," jelasnya.

"Namun, dalam penelitian ini tidak ada proses semacam itu. Justru dalam salah satu artikel berita, foto pesarean dijadikan latar belakang. Itu juga yang membuat pihak pesarean tidak berkenan," imbuhnya.

Padahal, menurut Alie, selama ini tidak ada praktik pesugihan hingga tumbal di pesarean Gunung Kawi.

Sebaliknya, situs tersebut adalah makam Raden Mas Soeryo Koesoemo atau Kiai Zakaria II dan Raden Mas Iman Soedjono, salah satu tentara Pangeran Diponegoro yang selama ini menjadi tempat ziarah bagi warga dari berbagai daerah.

"Warga yang datang ke sana murni untuk ziarah, mendoakan sosok yang disemayamkan di sana. Sama seperti ziarah kepada orang tua, ulama, kiai, atau para habaib," jelasnya.

Gayung bersambut, surat keberatan itu sudah mendapatkan respon dari pihak perguruan tinggu Universitas Brawijaya.

Baca juga: 7 Jam Diguyur Hujan Deras, Rumah Warga dan Jalan Desa di Kaki Gunung Kawi Terdampak Longsor

 

Pihak Yayasan Ngesti Gondo dan Universitas Brawijaya sudah berkomunikasi terkait persolan tersebut.

"Kami dari pihak yayasan Ngesti Gondo sudah menyampaikan poin-poin keberatan. Intinya kami ingin masalah ini selesai secara baik-baik," ujarnya.

Menurut rencana, pada 24 Oktober pukul 14.00 WIB nanti, Universitas Brawijaya dan Yayasan Ngesti Gondo akan berkumpul di Pesarean untuk tabayun dan klarifikasi terkait masalah itu.

"Intinya keberatan kami ini ditujukan baik kepada peneliti dan media massa yang turut memberitakan dari penelitian tersebut," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Devisi Hukum Universitas Brawijaya, Haru Permadi menanggapi penelitian yang dilakukan lima mahasiswa Universitas Brawijaya tersebut.

"Penelitian itu didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penelitian itu dilakukan untuk memajukan budaya kajian ilmiah di Indonesia," ungkapnya.

Terkait surat keberatan yang dilayangkan Yayasan Ngesti Gondo, Haru menyebut ada kesalahpahaman, termasuk publikasi yang dilakukan oleh salah satu media massa.

Baca juga: Belajar Toleransi dari Kaki Gunung Kawi, Warga Beragam Agama Gotong Royong Bangun Masjid

"Sebab, penelitian itu belum dipublkasikan secara resmi dan masih dalam proses pengerjaan sehingga hasilnya belum komprehensif dan final," jelasnya.

Hanya saja, Haru menegaskan bahwa penelitian itu dilakukan untuk tujuan baik dan penelitian yang dilakukan mahasiswa perlu dihargai sebagai sebuah karya ilmiah.

"Namun, apabila ada koreksi dan saran, kami Universitas Brawijaya akan siap menerima dan akan melakukan evaluasi dalam rangka untuk memajukan budaya akademis di Indonesia," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Menikah Lagi, Pria di Sumsel Luka Bakar Disiram Air Keras oleh Istrinya

Regional
Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Duduk Perkara Rektor Unri Laporkan Mahasiswa yang Kritik Soal UKT

Regional
Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi 'Saling Lempar'

Truk Dipalak Rp 350.000 di Jembatan Jalinteng, Polisi "Saling Lempar"

Regional
9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

9 Orang Daftar Pilkada 2024 di PDIP, Tak ada Nama Wali Kota Semarang

Regional
Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Patroli Geng Motor di Jalan Protokol, Polisi Bubarkan Balap Liar

Regional
Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Jalan Rusak, Seorang Wanita di Ketapang Melahirkan Dalam Perjalanan ke Rumah Sakit

Regional
Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Diduga Depresi Usai Bunuh Perempuan di Kamar Kos, Lansia Ini Gantung Diri di Pantai Kejora

Regional
Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Polisi Tangkap Pemuda Bawa Senjata Tajam saat Nongkrong di Solo

Regional
Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Akui Tidak Punya Uang, Bernadus Ratu-Albertus Ben Bao Deklarasi Maju Pilkada Sikka dari Jalur Independen

Regional
3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

3 Kader Demokrat Berebut Restu AHY di Pilkada Sumsel, Cik Ujang Klaim Sudah Kantongi Rekomendasi

Regional
Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Konsultasi Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Setelah Gerindra, Rektor Unsa Daftar Maju Pilkada ke PSI

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com