Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Molunggelo, Tradisi Mengayun Bayi yang Baru Lahir di Gorontalo

Kompas.com - 13/09/2023, 09:40 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.comMolunggelo adalah kebiasaan turun-temurun masyarakat Gorontalo mengayunkan pertama bagi bayi yang baru lahir.

Tradisi ini tak lepas dari wujud kasih sayang dari keluarga usai tali pusat sang bayi jatuh. Molunggelo juga dikenal dengan sebutan Mopota’e to Lulunggela, atau menaikkan bayi pada buaian.

“Dahulu kala, untuk menjaga bayi agar lebih aman, orangtua memilih ayunan sebagai wadah atau tempat untuk menidurkan anak dan untuk tempat bermain anak. Posisinya yang tak langsung bersentuhan dengan lantai, membuat sang bayi aman dari gangguan hewan seperti serangga, kucing, dan hewan lainnya,” kata Rusli Nusi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo, Rabu (13/9/2023).

Baca juga: Asal-usul Tradisi Rebo Wekasan dan Kisah Kyai Welit dari Wonokromo

Molunggelo tahun ini ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda (WBtB) Indonesia, salah satu dari 5 warisan budaya yang berasal dari Provinsi Gorontalo.

Adat ini dianggap sebagai bukti dan pernyataan kasih sayang orangtua dengan perawatan perlindungan fisik dan kesehatan bayi.

Menurut Rusli Nusi, tradisi Molunggelo diperkirakan sudah ada sejak abad 16, yakni saat agama Islam masuk Gorontalo.

Tradisi ini merupakan jenjang peradatan dalam peristiwa kelahiran yang secara turun temurun diberlakukan oleh masyarakat suku Gorontalo sampai saat ini.

“Acara Molunggelo atau Mopota'e to lulunggela adalah kewajiban sang ibu dalam melayani dan merawat sang bayi, dalam hubungannya dengan perlindungan kesehatan fisik anak/ibu dan kepuasan dan ketenangan tidur,” ucap Rusli Nusi.

Rusli Nusi menjelaskan dalam prosesi Molunggelo, terdapat syair dan atribut adat yang digunakan dalam pelaksanaannya. Syair dan atribut adat tersebut memiliki makna dan nilai-nilai tertentu yang dipercaya membawa kebaikan.

Baca juga: Tradisi Walima, Perayaan Maulid Nabi yang Jadi Magnet Wisata di Desa Bongo

Syair ini berupa lafalan doa-doa yang diucapkan oleh hulango atau bidan kampung pada saat pelaksanaan molunggelo. Syair ini akan dilantunkan pada saat bayi akan dimandikan, bayi akan diayunkan ke buaian atau Lulunggela, dan terakhir pada saat hendak menaburkan beras lima warna.

Atribut adat yang digunakan adalah sebuah lulunggela (ayunan) sebagai peralatan utama, juga seperangkat hulanthe yang berisi telur, cengkeh, pala, lemon swanggi, uang koin, dan beras. Selain itu ada ayam 1 pasang, dan seperangkat baki yang berisi polutube (tempat membakar dupa), segelas air dan kemenyan atau alama.

“Semua atribut adat tersebut sering digunakan oleh para orangtua dahulu dalam melaksanakan tradisi molunggelo. Oleh karena itu, untuk menghormati dan mempertahankan Molunggelo, sampai saat ini masyarakat Gorontalo masih mempertahakan Molunggelo anak pertama hingga anak terakhir,” tutur Rusli Nusi.

Ia menyebut beberapa makna dan fungsi Molunggelo atau mopota'e to lulunggela adalah kewajiban, menjaga kesehatan sang bayi.

Di dalam lulunggela, sang bayi bebas bergerak, sehingga pembentukan fisik lebih terarah, jika dibandingkan dengan tidur di gendongan.

Molunggelo juga memiliki manfaat bagi sang ibu untuk menggunakan waktunya membenahi pekerjaan rumah tangga yang lain di saat sang bayi tidur, tidak ada kekhawatiran sang bayi jatuh dari tempat tidur, sebab begitu ia bergerak terayun kembali seolah-olah ditimang-timang.

Baca juga: Makam Sunan Bonang dan Tradisi Bubur Suro

Molunggelo juga mengandung nilai pembentukan fisik, perlindungan kesehatan, bentuk kasih sayang dan rasa tanggung jawab dalam membesarkan anak.

Sebelum molunggelo dilaksanakan, keluarga harus menyiapkan perangkatnya, antara lain limu tutu (jeruk purut), humopoto (kencur), bawang putih, daun onumo yang diberi minyak kelapa, pale yilulo atau beras lima warna, bulewe (mayang pinang) yang baru mekar, seperangkat baki yang berisi polutube (tempat bara api), segelas air, baskom berisi dupa (totabu).

Rusli Nusi mengungkapkan dalam molunggelo untuk wilayah adat Gorontalo, yan harus disiapkan adalah seperangkat makanan berupa labiya yilepa'o (sagu yang dimasak di atas pembakaran) dan bongo tilutu (kelapa yang dicungkil).

Kelapa ini nantinya dikunyah-kunyah oleh anak-anak umur 7-9 tahun, lalu ditiupkan pada setiap sudut buaian. Di samping itu ada sejenis makanan yang namanya Alupepege yaitu bubur sagu yang dimasak dengan santan, bumbunya bumbu alimbuluto (nasi kuning) yang diberi warna hijau.

Juga ada tempurung bermata (bu'awu ta'uliyo) yang agak kecil, dibersihkan luar dalam, yang akan digantungkan pada gantungan kelambu, Mbaya-mbaya atau sejenis permainan anak yang akan digantungkan pada bagian atas kepala sang bayi dan Eluto (baladu) senjata tajam tradisional yang diletakkan di bawah bantal sang bayi.

Dalam prosesnya, seorang hulango atau dukun akan membersihkan buaian (lulunggela), ia dibantu seorang wanita tua menyiapkan perangkat ayunan dan kain putih sebagai kelambu. Di Gorontalo terdapat 2 macam ayunan, yang digantung dan yang duduk.

Baca juga: Makam Sunan Gunung Jati dan Tradisi Panjang Jimat Saat Maulid Nabi

Lulunggela yang sudah dibersihkan dimasukkan ke dalam kamar untuk digunakan. Di depan lulunggela, diatas tikar, diletakkan Hulante yang berisi telur, cengkeh, pala, lemon swanggi, uang koin, dan beras, di tengahnya terpasang lampu tohetutu (lampu dari gerah damar), serta pale yilulo atau beras 5 warna di atas piring.

Proses ini diiringi doa dan shalawat yang dipimpin seorang hatibi (imam). Saat memimpin doa, imam akan membakar dupa dalam polutube. Biasanya di samping polutube ini terdapat segelar air putih serta yilonta. Doa salawat pun dimulai yang diikuti undangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Regional
Letusan Gunung Ibu di Halmahera Barat, Warga 4 Desa Dievakuasi dan Terjadi Badai Petir Vulkanik

Letusan Gunung Ibu di Halmahera Barat, Warga 4 Desa Dievakuasi dan Terjadi Badai Petir Vulkanik

Regional
Cerita Polisi Turis WSL Krui Lampung Hadapi Bule Tak Bisa Bahasa Inggris

Cerita Polisi Turis WSL Krui Lampung Hadapi Bule Tak Bisa Bahasa Inggris

Regional
Buruh Bangunan di Ambon Dibacok OTK Saat Mencari Sang Anak

Buruh Bangunan di Ambon Dibacok OTK Saat Mencari Sang Anak

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Biksu Thudong Tiba di Kelenteng Magelang Minggu Sore

Biksu Thudong Tiba di Kelenteng Magelang Minggu Sore

Regional
[POPULER REGIONAL] Di Balik Kedatangan Elon Musk di Bali | Curhat Remaja Korban Teror Foto Mesum

[POPULER REGIONAL] Di Balik Kedatangan Elon Musk di Bali | Curhat Remaja Korban Teror Foto Mesum

Regional
Hari Kebangkitan Nasional: Sejarah, Latar Belakang, Tokoh, dan Makna

Hari Kebangkitan Nasional: Sejarah, Latar Belakang, Tokoh, dan Makna

Regional
Kronologi Kasus Penganiayaan Pemuda hingga Tewas di Tarakan, Awalnya Korban Dilaporkan Kecelakaan Sepeda

Kronologi Kasus Penganiayaan Pemuda hingga Tewas di Tarakan, Awalnya Korban Dilaporkan Kecelakaan Sepeda

Regional
Instruktur Pilot Korban Pesawat Jatuh di BSD Dimakamkan Besok di Semarang

Instruktur Pilot Korban Pesawat Jatuh di BSD Dimakamkan Besok di Semarang

Regional
Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Pemuda di Gresik Tewas Usai Motor yang Dikendarainya Menabrak Truk

Regional
Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Banjir Kepulauan Aru, 150 Rumah Terendam, Warga Mengungsi

Regional
Peringati 'Mayday 2024', Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Peringati "Mayday 2024", Wabup Blora Minta Para Pekerja Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com