Sejak saat itu, warga Desa Menamang Kanan bisa menikmati nyala listrik dari sumber energi hijau tanpa harus merogoh kocek sama sekali.
Ahmad Pranata mengatakan, PLTS itu mengaliri energi 700 watt-hour ke tiap rumah dalam sehari.
Ada 200 rumah yang bisa menikmati listrik tenaga matahari ini.
Pembangkit ini disebut punya daya puncak 87.000 watt. Karena tidak tersambung dengan jaringan PLN (off grid), listrik yang dihasilkan panel-panel listrik disimpan dalam baterai.
Jika sinar Matahari sedang mendung sehingga tidak mampu menghasilkan listrik, Ahmad menuturkan, daya yang disimpan dalam baterai bisa memenuhi kebutuhan warga desa selam tiga hari.
"Hari keempat baru dia mati," sebut Ahmad.
Baca juga: Potensi Penggunaan PLTS Atap di Sektor Industri Jateng Besar, tapi Terganjal Pembatasan Kuota
Adanya sumber listrik dari energi terbarukan ini disyukuri warga. Namun, ada harapan agar kapasitasnya diperbesar sehingga daya yang tersalur juga makin besar.
Dengan besaran daya yang disalurkan saat ini, banyak kebutuhan yang harus dibatasi penggunaannya.
"Di rumah tangga, kita butuh memasak pakai rice cooker, kulkas, kipas angin. Alat-alat itu kalau kita hidupkan pake listrik ini, harusnya kita pakai dari malam sampe siang, tapi enggak mencapai. Kadang sampai jam 1 malam sudah padam. jadi kita gelap di rumah," ujar Japir, Sekretaris Desa Menamang Kanan.
Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR) Marlistya Citraningrum mengatakan, PLTS merupakan solusi bagi daerah terpencil di Indonesia yang belum terhubung dengan jaringan PLN.
Hanya saja, untuk memastikan keberlanjutan manfaat dan pengelolaannya, partisipasi masyarakat dan komunitas sekitar sangat penting.
"Mulai dari perencanaan, pembangunan, pelatihan bagi operator untuk operasi dan perawatan, hingga skema bisnis yang dijalankan. Pembangunan dan pengelolaan PLTS juga bisa dilakukan dengan dana desa dan dikelola oleh badan usaha milik desa (BUMDes), ini adalah peluang usaha inovatif energi terbarukan yang masih jarang dilakukan di Indonesia namun memiliki potensi besar," sebut Marlistya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.