Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Soil Ciptaan Telkom University, Permudah Petani Memahami Kondisi Tanah dan Jadwal Pemupukan

Kompas.com - 12/09/2023, 09:20 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Telkom University (Tel-U) menciptakan Si Soil, alat untuk memperkuat dan meningkatkan produktivitas di sektor pertanian.

Rektor Telkom University Adiwijaya mengatakan, produk tersebut merupakan produk ketiga yang diciptakan hasil kerjasama bidang riset yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

"Betul ini adalah produk ketiga kami, sebelumnya ada smart matering dan patriot," katanya ditemui di Kampus Tel-U, Selasa (12/9/2023).

Baca juga: Telkom University Harap Arjuna Berkuliah Lagi Usai Hilang 18 Hari

Adiwijaya mengungkapkan Si Soil merupakan sebuah alat yang diciptakan untuk mempermudah petani memahami unsur dan kondisi tanah.

"Jadi alat ini untuk pendeteksi unsur hara dan kondisi air di salam tanah," terangya.

Si Soil dibuat sejak 2021 dan baru bisa diselesaikan pada 2023 setelah melalui uji coba yang matang.

Ia menyebut, pembuatan alat tersebut sebesar Rp 4 miliar. Saat uji coba, tim penguji menggunakan alat tersebut pada tanaman kedelai.

"Jadi perencanaan dan pembuatannya sudah tiga tahun yang lalu. Saat uji lab, kita menggunakan tanaman kedelai," tuturnya.

Baca juga: Inovasi Petani di Tasikmalaya Manfaatkan Gravitasi agar Tetap Bisa Panen Saat Kemarau

Saat ini alat tersebut sudah digunakan di wilayah Kabupaten Karang Anyar. Rencananya alat tersebut akan diperbanyak dan diimplementasikan ke seluruh wilayah Indonesia.

Meski tak memiliki jurusan Pertanian, lanjut dia, alat tersebut menjadi bukti bahwa Tel-U selalu ingin berkontribusi positif terhadap perkembangan bangsa, melalui alat ini sektor pertanian yang menjadi target.

"Lebih luas lagi kami ingin ini bisa bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Seperti kita ketahui bahwa amanah pak Presiden bahwa kita harus memiliki ketahanan pangan," ujarnya.

 

Kurang dari 1 menit bisa tahu kondisi tanah 

Si Soil memiliki bentuk mengotak dengan ukuran 15 x 15 sentimeter,  bagian atasnya terdapat pegangan berbentuk setengah lingkaran.

Ada pelat di bagian kiri dan kanan serupa sayap, di atas bagian plat terdapat tiga buah komponen kecil berwarna hitam pada masing-masing sisi.

Kemudian pada bagian depan terdapat layar LCD berukuran kecil yang nantinya akan memperlihatkan berapa suhu dan kondisi suatu tanah.

Baca juga: Sagara Technology dan Telkom University Gelar Digital Talent Collaboration Program

Pada bagian bawah terdapat beberapa besi tipis berukuran kecil, yang nantinya difungsikan untuk menancapkan alat tersebut ke atas tanah.

Dari sisi power atau kekuatan, Si Soil dalam kondisi menyala mampu mendeteksi kondisi sebuah lahan selama 24 jam.

Si Soil dilengkapi data analisis, terkoneksi dengan aplikasi bernama Si Soil di Play Store.

Kepala Tim Peneliti Doan Perdana menejelaskan, secara kinerja Si Soil hanya membutuhkan waktu selama 30 menit saja untuk mengetahui kondisi tanah.

Baik unsur hara, Monokalium Posphate (MPK), Potensial Of Hydrogen (PH) dan kelembaban tanah. 

Informasi yang diterima alat tersebut, kata Doan, merupakan kondisi real time dari kondisi suatu tanah.

"Jadi kurang dari 1 menit. Itu sudah memberikan informasi secara real time kandungannya bagaimana," jelasnya.

Baca juga: 3 PTS Ini Buka Pendaftaran Maba 2024, UPH hingga Telkom University

Doan menjelaskan, problem para petani saat ini adalah kesulitan untuk mengetahui kondisi real time sebuah tanah.

Untuk mengetahui kondisi asli sebuah tanah, para petani, harus menunggu analisa dari Laboratorium, dengan waktu dua sampai satu bulan.

"Kami mengembangkan inovasi ini agar petani bisa secara real time mengetahui kandungan unsur hara dalam tanah, dan bisa ditindaklanjuti ke langkah selanjutnya," kata Doan.

Sejauh ini, pihaknya telah melakukan ujicoba terhadap tanaman kedelai. Hasilnya, kata dia, produktifitas tanaman kedelai mencapai 30 persen.

"Ujicoba untuk satu siklus tanam di tanaman kedelai sedang diuji. Kemarin hasil terakhir untuk peningkatan produktivitas tanaman kedelai sendiri diangka 30 persen. Artinya dengan menggunakan alat ini dan tanpa alat ini sudah diuji peningkatan produktivitas tanamannya sendiri," tutur dia.

 

Permudah waktu pemupukan 

Selain mengetahui kondisi tanah, alat tersebut, lanjut Doan, bisa mengetahui kapan para petani harus memberikan pupuk pada tanaman.

"Kedua adalah dengan informasi secara real time ini akan memberikan rekomendasi pemupukan. Kapan tanaman ini harus dipupuk, dan berapa dosisnya," bebernya.

Selama ini, sambung dia, para petani masih kesulitan menentukan kapan waktu terbaik memberi pupuk sehingga bisa menghasilkan kualitas tanaman yang terbaik.

"Karena selama ini ketika kami roadshow ke beberapa petani, memang selama ini memberikan pupuk itu tidak tahu. Apakah harus hari ini dipupuk, atau besok dipupuk, dan berapa dosis atau kadarnya," ucap dia.

Baca juga: Tersangka Kongkalikong Proyek Pabrik Pupuk di Perusda Kalbar Jadi 7 Orang

"Kemudian efisiensi dari pemupukannya sendiri. Jadi saat ini problem di petani pupuk makin mahal, meskipun ada pupuk subsidi dan organik. Petani itu melihat ini ada efisiensi pemberian pupuk," sambung dia.

Saat ini, Si Soil dibandrol dengan harga Rp 8 sampai Rp 10 juta. Menurutnya, harga tersebut dinilai lebih ekonomis dibandingkan dengan proses mengecek kondisi tanah dan mengetahui waktu pemupukan.

"Alat ini ekonomis. Artinya dengan produk yang sejenis ini jauh lebih murah," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marah Dipanggil 'Dilan', Pemuda di Tarakan Aniaya Teman hingga Tewas

Marah Dipanggil "Dilan", Pemuda di Tarakan Aniaya Teman hingga Tewas

Regional
Sumsel Siapkan 29.000 Sapi dan 45.000 Kambing untuk Hewan Kurban

Sumsel Siapkan 29.000 Sapi dan 45.000 Kambing untuk Hewan Kurban

Regional
Pemkot Bengkulu Anggarkan Rp 20 Juta untuk Cetak Karcis Parkir

Pemkot Bengkulu Anggarkan Rp 20 Juta untuk Cetak Karcis Parkir

Regional
Hendak Dikirim ke Kalimantan, 19 Tenaga Kerja Ilegal asal Lembata Ditahan

Hendak Dikirim ke Kalimantan, 19 Tenaga Kerja Ilegal asal Lembata Ditahan

Regional
Kantor Pertanahan Kota Batam Terapkan Sertifikat Tanah Elektronik

Kantor Pertanahan Kota Batam Terapkan Sertifikat Tanah Elektronik

Regional
Seratusan Kades Datangi Pemkab Demak, Minta SK Perpanjangan Kades 2 Tahun Segera Diterbitkan

Seratusan Kades Datangi Pemkab Demak, Minta SK Perpanjangan Kades 2 Tahun Segera Diterbitkan

Regional
Kebakaran Pasar Karangkobar Banjarnegara, Pedagang Akan Direlokasi, Kerugian Capai Rp 45,7 Miliar

Kebakaran Pasar Karangkobar Banjarnegara, Pedagang Akan Direlokasi, Kerugian Capai Rp 45,7 Miliar

Regional
Sekelompok Pelajar Serang SMAN 8 Jambi, 1 Pelajar Ditangkap Polisi

Sekelompok Pelajar Serang SMAN 8 Jambi, 1 Pelajar Ditangkap Polisi

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan, Anak Bupati Solok Selatan Mangkir Lagi

Dugaan Korupsi Lahan Hutan, Anak Bupati Solok Selatan Mangkir Lagi

Regional
Nama-nama Baru Bermunculan di Bursa Pilkada Salatiga, Salah Satunya Anak Mantan Wakil Wali Kota

Nama-nama Baru Bermunculan di Bursa Pilkada Salatiga, Salah Satunya Anak Mantan Wakil Wali Kota

Regional
Setelah 5 Hari Perjalanan, Biksu Thudong Tiba di Candi Borobudur

Setelah 5 Hari Perjalanan, Biksu Thudong Tiba di Candi Borobudur

Regional
Kisah Nelayan Semarang, Cuaca Ekstrem Sempat Bikin Ragu Bisa Pergi Haji Tahun Ini

Kisah Nelayan Semarang, Cuaca Ekstrem Sempat Bikin Ragu Bisa Pergi Haji Tahun Ini

Regional
Polisi Periksa Pasangan Nikah Sesama Jenis di Halmahera Selatan

Polisi Periksa Pasangan Nikah Sesama Jenis di Halmahera Selatan

Regional
Menantu di Banyuasin Pembacok Mertua Ternyata Sering KDRT Istri

Menantu di Banyuasin Pembacok Mertua Ternyata Sering KDRT Istri

Regional
Pemkot Bandar Lampung Mulai Pembangunan Chinatown

Pemkot Bandar Lampung Mulai Pembangunan Chinatown

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com