Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Asakota, Obyek Wisata Tersembunyi di Bima tetapi Tak Terawat

Kompas.com - 04/09/2023, 14:18 WIB
Syarifudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), dikenal kaya akan tempat-tempat wisata yang indah dan menyimpan panorama alam yang memukau.

Beberapa destinasi wisata di antaranya tersembunyi atau belum dikenal secara luas.

Salah satunya adalah Benteng Asakota. Wisata alam yang terletak di Desa Punti, Kecamatan Soromandi, ini menyuguhkan keunikan dan sejarah yang tidak kalah menarik dari benteng sejarah lainnya.

Benteng pertahanan ini dibangun di sebuah pulau yang menjorok ke laut. Jika dilihat dari dekat, letak pulau kecil ini seperti membelah lautan.

Konon, Benteng Asakota adalah benteng yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda saat menduduki Bima, NTB.

Baca juga: Kantornya Digeledah KPK, Wali Kota Bima: Kebenaran Tak Akan Pernah Tertukar

 

Benteng ini ditemukan sekitar tahun 1908, bersamaan dengan meletusnya Gunung Tambora.

Sayangnya, benteng pertahanan yang sarat sejarah itu tidak banyak diketahui wisatawan luar, bahkan nyaris dilewatkan para turis.

Padahal, obyek wisata ini memiliki panorama alam dan lautan lepas yang memesona.

Akses ke Benteng Asakota

Beragam foto di sekitar kawasan Benteng Asakota.KOMPAS.COM/SYARIFUDIN Beragam foto di sekitar kawasan Benteng Asakota.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Benteng Asakota. Benteng peninggalan Belanda ini berada tidak jauh dari jalan raya atau berjarak sekitar 200 meter dengan berjalan kaki.

Sementara dari pusat pemerintahan Kabupaten Bima, jaraknya hanya sekitar 37 kilometer.

Untuk menuju tempat ini relatif mudah. Dari Kota Bima, pengunjung bisa menyeberang menggunakan boat pancung. Biayanya cukup murah, hanya Rp 10.000 per orang.

Sedangkan dari pusat Kota Kabupaten Bima di Kecamatan Woha, jika menggunakan kendaraan pribadi, membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan.

Sejak beberapa tahun terakhir, obyek wisata sejarah ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Tempat ini bisa dikunjungi setiap hari tanpa dipungut biaya tiket masuk.

Tempat wisata bersejarah ini terletak di sebelah barat Kota Bima. Bangunan bersejarah tersebut menjadi saksi bagaimana pemerintahan kolonial Belanda menjajah bangsa Indonesia dan kehilangan kekuasaannya beberapa saat kemudian. Benteng ini berada di tanah seluas satu hektar dan berbentuk melingkar.

Baca juga: Penggeledahan KPK di Akhir Masa Jabatan Wali Kota Bima

Berdasarkan pantauan Kompas.com, benteng ini memiliki keunikan karena konstruksinya susunan batu gunung dengan ketinggian 5 hingga 8 meter. Bangunannya sangat kokoh sehingga aman untuk dikunjungi.

Sementara saat mengamati bangunan, di atasnya terdapat sebuah meriam kuno berukuran besar yang menghadap ke lautan lepas.

Meriam kuno tersebut ditempatkan di pojok barat bangunan karena konon dulunya berfungsi untuk melihat pergerakan kapal asing.

Pada masanya, tempat ini dibangun sebagai benteng pertahanan melawan serang musuh ketika hendak masuk teluk Bima.

Jika diamati, benteng tersebut cukup menarik jika dijadikan sebagai lokasi wisata edukasi bagi para pelajar tentang sejarah masa pendudukan Belanda di Indonesia.

Benteng yang berada tepat di pintu masuk teluk Bima ini seolah menjadi gambaran bagaimana Belanda mempertahankan tanah jajahannya pada masa itu.

Bagi masyarakat sekitar, bangunan peninggalan Belanda itu kini menjadi obyek wisata yang cukup  menarik dikunjungi warga lokal.

Tidak hanya menyuguhkan cerita sejarah, tetapi obyek wisata ini memiliki latar pemandangan yang memesona.

Lokasinya berada di atas bukit sehingga pengunjung bisa menyaksikan hamparan pantai laut hijau yang tenang serta perbukitan gunung di depannya.

Pengunjung juga dapat mengelilingi pantai di sekitar benteng dengan menggunakan perahu sambil menyaksikan aktivitas para nelayan.

Tidak hanya itu, tepat sampai di pintu masuk, para pengunjung akan disuguhkan dengan hamparan pasir putih sepanjang pantai dengan laut yang tenang.

Obyek wisata ini hanya ramai dikunjungi masyarakat lokal saat libur Lebaran dan akhir pekan.

Salah satu pengunjung, Irawan (29), mengatakan, pantai Benteng Asakota paling sesuai untuk warga lokal yang ingin turut memanfaatkan momentum libur bersama. Karena jaraknya yang dekat, setiap keluarga bisa membawa bekal makanan langsung dari rumah.

"Enak pokoknya, kita bisa lihat pemandangan dan pantai ini cocok untuk warga lokal. Biaya ke sini juga hemat karena lokasinya sangat dekat. Apalagi di obyek wisata Asakota ini masuknya juga gratis, cuma bayar parkir saja. Itu pun saat hari-hari besar seperti libur Lebaran. Kalau hari biasa, sama sekali enggak dipungut biaya," kata Irwan saat ditemui, Minggu (4/9/2023) sore.

Baca juga: Keterangan Warga soal KPK Geledah Perusahaan Air Minum Mertua Wali Kota Bima

Sementara itu, warga lokal lainnya yang turut ditemui di kawasan pantai Asakota, Dedy, mengaku, dirinya datang untuk mengisi liburan akhir pekan bersama keluarganya.

Ia menyampaikan sejumlah alasan dirinya senang berkunjung di pantai Asakota. Dedy mengaku memilih destinasi wisata itu karena jaraknya lebih dekat dan menjadi satu tempat wisata favoritnya.

"Apalagi tempatnya lebih asyik, juga cocok untuk bermain air dengan anak-anak di pantai," ujarnya.

Dedy mengaku, seminggu sekali ia kerap datang bersama keluarganya meski hanya sekadar duduk-duduk dan berenang di pantai itu.

Menurut dia, tak hanya wisata sejarahnya, pantai Asakota juga memiliki banyak keindahan yang memikat wisatawan.

Kurang terawat

Beragam foto di sekitar kawasan Benteng Asakota.KOMPAS.COM/SYARIFUDIN Beragam foto di sekitar kawasan Benteng Asakota.

Namun, tempat favorit berlibur ini masih terasa sangat gersang dan panas jika siang hari, terutama di sekitar pantai.

"Hampir tak ada pohon untuk berteduh, tak ada kursi untuk duduk bersantai. Kalaupun ada, pohonnya di tempat yang panas,” kata dia.

Ia mengatakan, Asakota memang termasuk wisata andalan warga Bima. Namun, di balik keindahan yang dimiliki, tempat bersejarah ini cenderung tidak terawat.

Bagaimana tidak, tumpukan sampah berserakan tepat di pintu masuk pantai. Sampah-sampah mengganggu ini di antaranya plastik bekas minuman dan makanan ringan, popok bayi, tangkai pohon serta lainnya.

"Sampahnya ini terlalu banyak, kalau bisa bersihkan secara teratur agar kita sebagai pengunjung lebih nyaman," ujarnya.

Baca juga: Joki Cilik Tewas, Acara Pacuan Kuda Wali Kota Bima Cup Tetap Digelar

Tak hanya itu, Dedy dan para pengunjung lainnya juga mengeluhkan minimnya fasilitas penunjang di sekitar area benteng, seperti toilet, mushala, dan lainnya. Di sini hanya ada dua unit gazebo yang dibangun di bagian barat benteng.

"Masih minim fasilitas penunjang, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengunjung. Pemerintah harus betul-betul memperhatikan aset wisata ini. Sebab, ini salah satu tempat wisata gratis yang bisa dikunjungi semua orang,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Regional
Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Regional
Bocah SD di Baubau Terekam CCTV Mencuri Kotak Amal, Uangnya untuk Beli Makan

Bocah SD di Baubau Terekam CCTV Mencuri Kotak Amal, Uangnya untuk Beli Makan

Regional
Pemprov Babel Luncurkan Gerakan Eliminasi Kemiskinan dan 'Stunting'

Pemprov Babel Luncurkan Gerakan Eliminasi Kemiskinan dan "Stunting"

Regional
Jokowi ke Sumbar Besok, Kunjungi Korban Banjir Lahar di Agam dan Tanah Datar

Jokowi ke Sumbar Besok, Kunjungi Korban Banjir Lahar di Agam dan Tanah Datar

Regional
Kronologi Guru di Jombang Jadi Tersangka Usai Siswa Cedera karena Bermain di Kelas

Kronologi Guru di Jombang Jadi Tersangka Usai Siswa Cedera karena Bermain di Kelas

Regional
Sudah 9 Nama Daftar Pilkada di PKB Brebes, Siapa Saja Mereka?

Sudah 9 Nama Daftar Pilkada di PKB Brebes, Siapa Saja Mereka?

Regional
Komplotan Pencuri Motor Matik di Batam Ditangkap, Pelaku Pakai Atribut Ojol

Komplotan Pencuri Motor Matik di Batam Ditangkap, Pelaku Pakai Atribut Ojol

Regional
Walkot SHJW Berikan Masukan Saat Dampingi Pj Nurdin Tinjau Berbagai Fasos dan Fasum

Walkot SHJW Berikan Masukan Saat Dampingi Pj Nurdin Tinjau Berbagai Fasos dan Fasum

Regional
Marah Dipanggil 'Dilan', Pemuda di Tarakan Aniaya Teman hingga Tewas

Marah Dipanggil "Dilan", Pemuda di Tarakan Aniaya Teman hingga Tewas

Regional
Sumsel Siapkan 29.000 Sapi dan 45.000 Kambing untuk Hewan Kurban

Sumsel Siapkan 29.000 Sapi dan 45.000 Kambing untuk Hewan Kurban

Regional
Pemkot Bengkulu Anggarkan Rp 20 Juta untuk Cetak Karcis Parkir

Pemkot Bengkulu Anggarkan Rp 20 Juta untuk Cetak Karcis Parkir

Regional
Hendak Dikirim ke Kalimantan, 19 Tenaga Kerja Ilegal asal Lembata Ditahan

Hendak Dikirim ke Kalimantan, 19 Tenaga Kerja Ilegal asal Lembata Ditahan

Regional
Kantor Pertanahan Kota Batam Terapkan Sertifikat Tanah Elektronik

Kantor Pertanahan Kota Batam Terapkan Sertifikat Tanah Elektronik

Regional
Seratusan Kades Datangi Pemkab Demak, Minta SK Perpanjangan Kades 2 Tahun Segera Diterbitkan

Seratusan Kades Datangi Pemkab Demak, Minta SK Perpanjangan Kades 2 Tahun Segera Diterbitkan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com