Ia menyampaikan sejumlah alasan dirinya senang berkunjung di pantai Asakota. Dedy mengaku memilih destinasi wisata itu karena jaraknya lebih dekat dan menjadi satu tempat wisata favoritnya.
"Apalagi tempatnya lebih asyik, juga cocok untuk bermain air dengan anak-anak di pantai," ujarnya.
Dedy mengaku, seminggu sekali ia kerap datang bersama keluarganya meski hanya sekadar duduk-duduk dan berenang di pantai itu.
Menurut dia, tak hanya wisata sejarahnya, pantai Asakota juga memiliki banyak keindahan yang memikat wisatawan.
Namun, tempat favorit berlibur ini masih terasa sangat gersang dan panas jika siang hari, terutama di sekitar pantai.
"Hampir tak ada pohon untuk berteduh, tak ada kursi untuk duduk bersantai. Kalaupun ada, pohonnya di tempat yang panas,” kata dia.
Ia mengatakan, Asakota memang termasuk wisata andalan warga Bima. Namun, di balik keindahan yang dimiliki, tempat bersejarah ini cenderung tidak terawat.
Bagaimana tidak, tumpukan sampah berserakan tepat di pintu masuk pantai. Sampah-sampah mengganggu ini di antaranya plastik bekas minuman dan makanan ringan, popok bayi, tangkai pohon serta lainnya.
"Sampahnya ini terlalu banyak, kalau bisa bersihkan secara teratur agar kita sebagai pengunjung lebih nyaman," ujarnya.
Baca juga: Joki Cilik Tewas, Acara Pacuan Kuda Wali Kota Bima Cup Tetap Digelar
Tak hanya itu, Dedy dan para pengunjung lainnya juga mengeluhkan minimnya fasilitas penunjang di sekitar area benteng, seperti toilet, mushala, dan lainnya. Di sini hanya ada dua unit gazebo yang dibangun di bagian barat benteng.
"Masih minim fasilitas penunjang, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengunjung. Pemerintah harus betul-betul memperhatikan aset wisata ini. Sebab, ini salah satu tempat wisata gratis yang bisa dikunjungi semua orang,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.