Sri Margana mengatakan, rempah di Kepulauan Maluku khususnya cengkeh dan pala hanya dianggap sekadar tanaman liar sebelum bangsa lain datang.
Perdagangan rempah dimulai oleh orang-orang India, Timur Tengah, dan China.
Bangsa Eropa pertama kali mengenal rempah setelah orang-orang Timur Tengah dan India memperdagangkan rempah sampai ke Laut Mediterania.
"Cuma waktu itu, di Mediterania perdagangan masih dimonopoli oleh bangsa Timur Tengah, harganya tinggi. Lalu mereka (bangsa Eropa) mencoba ingin tahu sumber aslinya di mana, orang India tak mau memberi tahu, dari situ muncul Ekspedisi Maritim Eropa untuk mecari rempah ini termasuk Portugis sekitar abad ke-15," katanya.
Portugis yang ketika itu dieksklusi dari perdagangan Laut Mediterania, mencari sendiri rute demi mencapai daerah penghasil rempah.
"Di situlah akhirnya yang mencapai India pertama orang Portugis. Dari India diketahui wilayah penghasil pala (Kepulauan Maluku) mereka sebutnya East Hindia. Ada semua (rempah), dari Banda sampai ke Halmahera," ujarnya.
Melansir laman resmi Kemendikbud, pada tahun 1610 benteng tersebut diperbaiki oleh Pieter Both dan ditujukan sebagai benteng pertahanan menghadapi Spanyol.
Setelah perbaikan benteng tersebut lalu diubah namanya menjadi Benteng Holandia.
Benteng tersebut juga menjadi tempat menggiring rakyat yang melarikan diri dari serangan Spanyol agar mau tinggal di tempat tersebur. Ketika itu, mayoritas masyarakat melarikan diri ke Benteng Malayo.
Terdapat 15 sampai 20 tentara di dalam benteng yang dilengkapi persenjataan serta amunisi di tahun 1612.
Kemudian pada tahun 1627, di bawah pemerintahan Gubernur Jacques le Febre, benteng tersebut dilengkapi dengan menara kecil.
Baca juga: Resep Rendang Jengkol yang Kaya Rempah dan Tidak Bau
Pada tahun 1661, Dewan Pemerintahan Belanda mengizinkan Sultan Mandarsyah dari Ternate untuk tinggal di dalam benteng ini bersama pasukannya.
Pada tanggal 16 April 1799, pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore yang ke-19) menyerang Benteng Tolukko namun mereka berhasil dipukul mundur oleh pasukan gabungan Ternate-VOC.
Akibat pertempuran oleh pasukan Nuku, penduduk Ternate banyak yang menjadi korban.
Benteng ini dikosongkan karena bangunannya sudah tidak layak saat kepemimpinan Residen P. Van der Crab pada tahun 1864.
Benteng Tolukko menjadi salah satu objek wisata sejarah yang tak boleh terlewatkan saat berkunjung ke Kota Ternate di Maluku Utara.
Untuk menuju ke lokasi benteng, hanya membutuhkan waktu 10 menit perjalanan darat dari Bandara Sultan Babullah, Kota Ternate, Maluku Utara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.