Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Alasan Istri Tak Laporkan Suami yang Inses dengan Anaknya | Temuan Mayat di Ngawi dan Bercak Darah di Ponorogo Apakah Berkaitan?

Kompas.com - 02/07/2023, 06:38 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Kasus inses ayah dan anak di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), membuat heboh.

Ayah berinisial R (57) menyetubuhi anak kandungnya, E (26), sejak 2013. Dari hubungan sedarah ini terlahir tujuh bayi yang kemudian dibunuh oleh R.

Lantas, mengapa istri R yang juga ibu E tak melaporkan kasus ini ke polisi?

Berita lainnya, mayat terbungkus karpet ditemukan di bawah jembatan jalan Tol Solo - Ngawi Kilometer 557, Jawa Timur (Jatim), Kamis (29/6/2023) petang.

Beberapa hari sebelumnya, warga di Kabupaten Ponorogo, Jatim, menemukan bercak darah di sebuah rumah kontrakan Dusun Jatisari, Desa Semanding, Jumat (23/6/2023).

Karpet di rumah itu hilang. Dugaan ada keterkaitan antara kasus di Ponogoro dan temuan mayat di Ngawi pun muncul karena warna karpet tersebut identik.

Berikut berita-berita yang menjadi sorotan pembaca Kompas.com pada Sabtu (2/7/2023).

1. Istri diancam dibunuh

Pencarian lanjutan kerangka bayi hasil inses di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (30/6/2023).FADLAN MUKHTAR ZAIN Pencarian lanjutan kerangka bayi hasil inses di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (30/6/2023).

Inses yang dilakukan oleh R dan E di Banyumas berlangsung 2013.

Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Banyumas Kombes Pol Edy Suranta Sitepu mengatakan, kasus ini baru terungkap karena S, istri R yang juga ibu E, diancam dibunuh oleh sang suami.

Tak hanya S, E pun turut diancam oleh R bila tak mengikuti kemauannya.

"Ketika melakukan hubungan badan ini di bawah tekanan dan diancam akan dibunuh," ujarnya, Jumat (30/6/2023).

Di samping itu, S juga tak lagi tinggal serumah dengan R. Untuk diketahui S merupakan istri ketiga R. Adapun istri pertama dan kedua diceraikan oleh R.

Baca selengkapnya: Alasan Keluarga Tak Laporkan Hubungan Inses Ayah dan Anak di Banyumas, Ini Pengakuan Sang Istri

2. Karpet merah jadi penghubung kasus temuan mayat di Ngawi dan bercak darah di Ponorogo

Mayat pria terbungkus karpet warna dominan merah ditemukan warga di sungai dibawah jembatan tol Solo-Ngawi Km 557 tepatnay masuk Desa Widodaren Kecamatan Widodaren, Kabupaten NgawiKOMPAS.COM/DOK POLRES NGAWI Mayat pria terbungkus karpet warna dominan merah ditemukan warga di sungai dibawah jembatan tol Solo-Ngawi Km 557 tepatnay masuk Desa Widodaren Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi

Karpet merah menjadi penghubung dua kasus, yakni temuan mayat di bawah jembatan jalan Tol Solo - Ngawi dengan temuan bercak darah di rumah kontrakan di Ponorogo.

Mayat di Ngawi ditemukan terbungkus karpet merah. Jasad sudah membusuk, korban diperkirakan sudah meninggal sekitar enam hari.

Sementara itu, di Ponorogo, warga menemukan bercak darah di pintu dan jendela di sebuah rumah kontrakan. Pengontrak rumah tersebut hilang, begitu pun dengan karpet merah di rumah itu.

"Kemungkinan besar ada kaitannya dengan kasus di Ponorogo. Barang temuan karpet yang membungkus itu identik dengan karpet yang dimiliki oleh pemilik kontrakan yang di Ponorogo,” ucap Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Kepolisian Resor (Polres) Ngawi Agung Joko Haryono, Jumat.

Perkiraan adanya kecocokan kasus semakin menguat, pasalnya polisi juga menemukan sarung bantal dan kain sarung di jasad korban. Selain karpet, barang yang hilang dari rumah kontrakan di Ponorogo adalah dua bantal.

Baca selengkapnya: Mencari Benang Merah antara Mayat Terbungkus Karpet di Ngawi dan Bercak Darah di Ponorogo

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Pentolan Relawan Jokowi Ramaikan Bursa Pilkada Banyumas, Daftar ke Gerindra dan PKB

Pentolan Relawan Jokowi Ramaikan Bursa Pilkada Banyumas, Daftar ke Gerindra dan PKB

Regional
Kecewa Bonus Porprov Tak Cair, Atlet Binaraga Asal Banyumas Hengkang ke Kabupaten Tetangga

Kecewa Bonus Porprov Tak Cair, Atlet Binaraga Asal Banyumas Hengkang ke Kabupaten Tetangga

Regional
Kasus Mempelai Wanita Ternyata Pria di Halsel, Pasangan Pengantin Ditetapkan Tersangka

Kasus Mempelai Wanita Ternyata Pria di Halsel, Pasangan Pengantin Ditetapkan Tersangka

Regional
Aliran Listrik Belum Stabil, Warga Lampung Borong Genset

Aliran Listrik Belum Stabil, Warga Lampung Borong Genset

Regional
Sore Ini Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Lagi, Tinggi Kolom Abu 900 Meter

Sore Ini Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus Lagi, Tinggi Kolom Abu 900 Meter

Regional
Revitalisasi Masjid Agung Solo Segera Dimulai, Gunakan Dana Hibah UEA Rp 15 Miliar

Revitalisasi Masjid Agung Solo Segera Dimulai, Gunakan Dana Hibah UEA Rp 15 Miliar

Regional
Perempuan 19 Tahun Diduga Dicabuli Pimpinan Ponpes sejak di Bangku MTS

Perempuan 19 Tahun Diduga Dicabuli Pimpinan Ponpes sejak di Bangku MTS

Regional
Kasus Wanita Diduga Dibunuh Kekasihnya di Pati, Ibu Korban Bantah Pelaku Pacar Anaknya

Kasus Wanita Diduga Dibunuh Kekasihnya di Pati, Ibu Korban Bantah Pelaku Pacar Anaknya

Regional
Pembangunan Gedung Perpustakaan 3 Lantai Dimulai, Bupati HST: Semoga Tingkatkan Literasi

Pembangunan Gedung Perpustakaan 3 Lantai Dimulai, Bupati HST: Semoga Tingkatkan Literasi

Regional
Cegah 'Blackout' Terulang, Pakar Kelistrikan Itera Lampung Sebut Perlu Peremajaan Aset

Cegah "Blackout" Terulang, Pakar Kelistrikan Itera Lampung Sebut Perlu Peremajaan Aset

Regional
Adik Zulkieflimansyah Nyatakan Siap Maju dalam Pilkada Sumbawa 

Adik Zulkieflimansyah Nyatakan Siap Maju dalam Pilkada Sumbawa 

Regional
Korban Keracunan Makanan di Cibadak Bertambah Jadi 117 Orang

Korban Keracunan Makanan di Cibadak Bertambah Jadi 117 Orang

Regional
Rp 400 Juta Uang Palsu dari Bandung Beredar di Jateng, Polisi: Belum Ada Laporan di Magelang

Rp 400 Juta Uang Palsu dari Bandung Beredar di Jateng, Polisi: Belum Ada Laporan di Magelang

Regional
Warga Aceh Timur Serahkan Pistol dan 10 Peluru ke Polisi

Warga Aceh Timur Serahkan Pistol dan 10 Peluru ke Polisi

Regional
4.620 Barang Pekerja Migran Indonesia Masih Tertahan di Semarang, Ini Penyebabnya

4.620 Barang Pekerja Migran Indonesia Masih Tertahan di Semarang, Ini Penyebabnya

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com