Yudha menghampiri kumpulan anak tersebut lalu menanyakan mengapa mereka tidak masuk sekolah dan belajar.
Anak-anak itu pun menjawab bahwa tidak ada guru yang masuk untuk mengajari mereka.
Terdengar nada kekecewaaan dan kesedihan dalam jawaban para bocah karena ternyata kondisi sekolah tanpa guru sudah terjadi cukup lama.
‘’Sepenggal cerita tentang pendidikan di Tran SP 5 Sebakis. Tidak ada yang perlu disalahkan, kita harus duduk berbincang, bagaimana cara agar pendidikan anak anak bisa berjalan dengan baik,’’ujar Yudha dalam video yang dipostingnya.
Yudha menuturkan, anak-anak tersebut ada yang berangkat sekolah sejak pagi buta demi menuju sekolah dan belajar.
Tidak sedikit dari mereka yang rumahnya berada cukup jauh dari sekolah. Mereka menumpang truk perusahaan kelapa sawit untuk bisa sampai sekolah.
‘’Tapi apa boleh buat, mereka harus kecewa karena sampai sekolah sering tidak ada guru mengajar,’’imbuhnya.
Yudha menegaskan, video yang ia buat tidak bermaksud menyinggung siapapun atau pihak manapun.
Ia hanya prihatin dengan nasib pendidikan anak anak buruh kelapa sawit yang tinggal jauh di areal perkebunan.
Sehingga, dengan adanya video tersebut, semua pihak bisa tergerak dan sama-sama mencarikan solusi atas kasus tersebut.
‘’Sekali lagi tidak ada yang perlu disalahkan. Pembuat video, pihak sekolah dan yang menonton video. Mari kita berbincang bersama, mencari solusi atas kondisi pendidikan bagi anak anak ini,’’katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.