Dari Bandara Halim Perdana Kusuma ini, Niswa dan ibunya lalu berangkat menggunakan pesawat yang transit di wilayah Bali. Di tempat itu ia harus menunggu 12 jam kemudian kembali diberangkatkan ke Dubai.
"Dari Dubai kami dua hari setelah dua hari kami diberangkatkan lagi ke Suriah," tuturnya.
Di Suriah itu Niswa mengalami kekerasan yang membuat dirinya trauma. Beban itu semakin berat saat dirinya tak memahami bahasa setempat.
"Saya trauma karena mendapatkan kekerasan karena keterbatasan saya tidak tahu bahasa," ucapnya sambil terisak menangis.
Sampai akhirnya Niswa dan ibunya dijemput Kantor Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) untuk menghindari kekerasan berkepanjangan.
"Kami di KJRI selama satu bulan dan alhamdulillah makan dijamin terus aman tidak ada penyiksaan lagi dari agensi," ucapnya.
Sampai akhirnya dijemput Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus untuk kembali pulang ke tanah air pada bulan Mei 2023 lalu.
"Terima kasih kepada seluruh pihak dan instansi yang sudah membantu mengurus kepulangan kami ke Indonesia," tuturnya.