SEMARANG, KOMPAS.com - Adaptation Fund (AF), dari kerangka kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelontorkan dana hampir 6 juta dollar AS, atau Rp 89,2 miliar untuk mengatasi krisis iklim di Jawa Tengah.
"Hampir 6 juta USD untuk proyek ini. Dan Indonesia merupakan salah satu negara yang selama ini memiliki akses pendanaan untuk beberapa proyek terkait perubahan iklim," tutur Kepala AF, Mikko Ollikainen usai membuka AF Country Exchange di Hotel Padma, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (5/6/2023).
AF merupakan program dukungan pembiayaan proyek dan program yang membantu masyarakat arentan di negara berkembang untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. AF didirikan berdasarkan Protokol Kyoto dari konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCCC).
"Kami sangat senang berada di sini untuk belajar tentang keberhasilan pelajaran yang telah diperoleh proyek ini sejauh ini dan selama pelaksanaannya," katanya.
Pihaknya mengapresiasi Kemitraan dan Pemprov Jateng yang telah mengundangnya ke Indonesia. Ia juga membawa delegasi dari 20 negara untuk mempelajari tentang proyek adaptasi perubahan iklim yang dilaksanakan oleh kemitraan di Jateng, khususnya di Pekalongan.
"Perubahan iklim berdampak pada berbagai negara dan lokasi yang berbeda dengan cara yang berbeda. Tetapi solusinya bisa sangat mirip di berbagai belahan dunia. Makanya kami mendatangkan rekan-rekan dari seluruh dunia, dari Afrika, Amerika Latin, Asia hingga Pelalongan dan Semarang ke sini," lanjutnya.
Acara bertajuk "Building climate resilice fr better future" dibuka oleh Sekda Jateng, Sumarno pada pukul 10.30 WIB dengan memukul gong di hadapan para delegasi.
Turut hadir dalam agenda itu, Direktur Kemitraan Laode M Syarif, Sekda Pekalongan Anita, dan sejumlah pejabat lainnya.
Laode menyampaikan sejumlah output yang diharapkan dari agenda AF Country Exchange. Di antaranya agar break water yang dibangun nantinya mampu memperlambat intrusi air laut ke daratan. Lalu pihaknya akan mengupayakan penanaman bakau atau mangrove untuk memperkuat pertahanan di Pekalongan.
Baca juga: IDAI Sebut Anak-anak Lebih Rentan Terdampak Krisis Iklim
"Yang ketiga kita ingin membatu masyarakat yang terdampak tapi itu baru akan dimulai. Bagaimana kita carikan adaptasi pertanian dan lainnya supaya ada perubahan. Ibu Anita ini yang akan membantu" jelas Laode.
Sekda Pekalongan, Anita membenarkan bila Kota Pekalongan memang terletak di pantai ya dengan ketinggiannya hanya sekitar satu meter di atas permukaan air laut. Kemudian naiknya muka air laut dalam 10 tahun terakhir jerjadi bersamaan dengan penurunan muka tanah di Kota Pekalongan.
Sehingga banjir rob dalam 10 tahun terakhir ini sangat dirasakan dampaknya oleh masyarakat Pekalongan di keseharian hingga kehidupan sosial.
Pihaknya menilai penanganan yang dibantu Pemprov dan pemrintah pusat dengan membangun tanggul rob masih belum cukup.
"Sebanyak 20 negara ini juga menerima adaptation fund, yang tentunya mereka memiliki masalah di masing-masing negara dan memiliki pengalaman mengatasi permasalahnya. Sehingga kami harap bisa belajar dari mereka semua untuk nantinya bisa diterapkan di Pekalongan dan mudah-mudahan mereka juga bisa belajar dari kita," tutup Anita
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.