EL menuturkan, aksi penganiayaan yang dilakukan oleh keluarga pasien terhadap dirinya disebabkan oleh emosi keluarga pasien akibat kematian anggota keluarganya di ruang ICU RSUD Kendari.
"Awalnya pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi yang sangat kritis. Kemudian pasien segera dirujuk ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif," ungkap EL.
Beberapa jam kemudian, lanjutnya, pasien mengalami penurunan kesadaran yang signifikan yakni gelombang jantung pada monitor menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kehidupan.
Kemudian, pihaknya meminta izin kepada keluarga pasien untuk melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP), namun permintaan perawat ditolak.
Pihaknya lalu meminta keluarga pasien untuk berdoa agar anggota keluarganya bisa sadar, namun sayang pasien tersebut meninggal.
"Selang beberapa waktu saya minta izin kepada keluarga untuk melepas alat medis yang masih melekat pada tubuh pasien, anaknya pegang tangan saya, sambil bertanya siapa tadi yang larang makan, dia langsung pukul saya," ujar korban.
Dokter yang menangani pasien memang meminta agar berpuasa karena mengalami gagal pernapasan. Hal itu diungkapkan Direktur RSUD Kendari, dr Sukirman.
Sebab menurut dr Sukirman, saat masuk ke rumah sakit, kondisi pasien memang dalam keadaan kritis akibat gagal pernapasan.
"Imbauannya dokter seperti itu, untuk puasa dulu tapi keluarga pasien tidak mengindahkan," jelasnya.
Tidak lama kemudian, pasien kembali kritis dan dibawa ruangan ICU dan tak lama kemudian pasien dinyatakan meninggal dunia.
Mengetahui kematian anggota keluarganya, tambah Direktur RSUD Kendari, akhirnya memicu emosi keluarga pasien sehingga melakukan penganiayaan kepada perawat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.