KENDARI, KOMPAS.com – Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kendari telah meminta keterangan tiga orang saksi dalam kasus penganiayaan terhadap seorang perawat di RSUD Kendari, inisial EL (31) saat bekerja pada Selasa (23/5/2023)
Kapolresta Kendari Kombes Pol M. Eka Faturrahman mengungkapkan, tiga orang tersebut yakni korban EL, Bahar dan Choirul Aksan. Selain itu, pada korban juga telah dilakukan visum et repertum.
"Kami telah menerima laporan penganiayaan dari korban EL. Kemudian penyidik akan mengambil keterangan terduga pelaku dan melakukan gelar perkara," kata Kombes Eka kepada Kompas.com, Senin (29/5/2023).
Baca juga: Soal Video Viral Perawat Dianiaya Keluarga Pasien, Ini Penjelasan Kepala Puskesmas
Lebih lanjut, mantan Direktur Reserse Narkoba Polda Sultra itu menjelaskan, pihaknya sedikit terkendala dalam proses pemeriksaan terduga pelaku penganiayaan terhadap seorang perawat.
Pasalnya, pihaknya masih menunggu kesiapan terlapor atau terduga pelaku karena yang bersangkutan masih dalam suasana berduka.
“Jadi terduga pelaku dan saudaranya yang juga saksi, saat ini masih berduka setelah ibu mereka meninggal di RSUD Kota Kendari,” terang Eka.
Baca juga: Hendak Rampas Tabung Oksigen, 3 Orang Tak Dikenal Aniaya Perawat Puskemas
Ia menambahkan, pihaknya telah menerima laporan perawat yang menjadi korban penganiayaan.
Saat melapor ke Polresta Kendari, korban didampingi oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sultra, pada Kamis (25/5/2023).
Selain telah meminta keterangan tiga saksi, yakni korban dan satpam RSUD Kendari, polisi juga telah mengantongi beberapa alat bukti, salah satunya adalah rekaman CCTV yang memperlihatkan detik-detik penganiayaan itu terjadi.
Perawat RSUD Kendari berinisial EL (31) melaporkan keluarga pasien yang meninggal dunia ke polisi atas dugaan penganiayaan yang dialaminya, saat tengah menangani pasien di ruangan ICU rumah sakit pemerintah kota Kendari pada Selasa (23/5/2023) pukul 23. 46 Wita.
Korban EL dianiaya salah satu keluarga pasien yang dinyatakan meninggal dunia. Aksi pemukulan tersebut terekam CCTV RSUD.
Dalam CCTV terlihat EL sedang melepas satu persatu peralatan medis di tubuh pasien yang telah meninggal. Saat itu korban masih menggunakan pakaian medis lengkap.
Sementara terduga pelaku penganiayaan tengah membaringkan kepalanya di tubuh pasien wanita yang telah meninggal. Tiba-tiba, pelaku yang menggunakan kaos hitam lalu berdiri dan melakukan penganiayaan.
Rekan-rekan pelaku yang melihat itu langsung melerai keduanya, lalu korban langsung meninggalkan ruangan itu untuk menyelamatkan diri.
Akibat dari kejadian itu, perawat yang menjadi korban pemukulan mengalami ganguan pendengaran.
EL menuturkan, aksi penganiayaan yang dilakukan oleh keluarga pasien terhadap dirinya disebabkan oleh emosi keluarga pasien akibat kematian anggota keluarganya di ruang ICU RSUD Kendari.
"Awalnya pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi yang sangat kritis. Kemudian pasien segera dirujuk ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif," ungkap EL.
Beberapa jam kemudian, lanjutnya, pasien mengalami penurunan kesadaran yang signifikan yakni gelombang jantung pada monitor menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kehidupan.
Kemudian, pihaknya meminta izin kepada keluarga pasien untuk melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP), namun permintaan perawat ditolak.
Pihaknya lalu meminta keluarga pasien untuk berdoa agar anggota keluarganya bisa sadar, namun sayang pasien tersebut meninggal.
"Selang beberapa waktu saya minta izin kepada keluarga untuk melepas alat medis yang masih melekat pada tubuh pasien, anaknya pegang tangan saya, sambil bertanya siapa tadi yang larang makan, dia langsung pukul saya," ujar korban.
Dokter yang menangani pasien memang meminta agar berpuasa karena mengalami gagal pernapasan. Hal itu diungkapkan Direktur RSUD Kendari, dr Sukirman.
Sebab menurut dr Sukirman, saat masuk ke rumah sakit, kondisi pasien memang dalam keadaan kritis akibat gagal pernapasan.
"Imbauannya dokter seperti itu, untuk puasa dulu tapi keluarga pasien tidak mengindahkan," jelasnya.
Tidak lama kemudian, pasien kembali kritis dan dibawa ruangan ICU dan tak lama kemudian pasien dinyatakan meninggal dunia.
Mengetahui kematian anggota keluarganya, tambah Direktur RSUD Kendari, akhirnya memicu emosi keluarga pasien sehingga melakukan penganiayaan kepada perawat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.