BORONG, KOMPAS.com - Kepala Desa Satarlahing, Kecamatan Ranamese, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, Patrisius Inojalus meminta pemerintah pusat, Provinsi NTT dan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur membangun jembatan layang dari Kampung Golo Borong menuju ke SDI Muku supaya anak sekolah tidak lagi berjalan kaki melintasi Sungai Wae Usang dan memanjat tebing dengan tangga darurat ke sekolah mereka.
"Memang jalan yang dilalui anak-anak sekolah dari Kampung Golo Borong ke SDI Muku Jawa itu, jalan potong, jalan pintas yang dibuka oleh orangtua murid. Tapi, jalan raya umum ada. Pemdes Satarlahing sudah membangun jembatan cor dengan pakai beton di Sungai Wae Usang. Bahkan setengah jalan sudah lapen. Jarak yang sudah dilapen itu 600 meter dari jarak jalan sepanjang 2 kilometer bukan 3-4 kilometer untuk dikoreksi informasi sebelumnya," jelasnya saat dihubung Kompas.com melalui sambungan telepon selulernya, Senin (22/5/2023).
Baca juga: Cerita Murid SD di NTT, Naik Tangga Kayu Lewati Tebing supaya Lebih Cepat Sampai ke Sekolah
Inojalus menjelaskan, tidak semua anak sekolah dari Kampung Golo Borong, Desa Satarlahing menyeberang sungai dan panjat tebing dengan kayu darurat. Sebagiannya berjalan kaki di jalan lapen sejarak 2 kilometer menuju ke SDI Muku Jawa.
Memang jalan pintas itu pendek untuk tiba cepat di sekolah. Guru-guru juga mengendarai sepeda motor di jalan lurus di kampung Golo Borong menuju ke SDI Muku Jawa.
"Saya biasa mengendarai sepeda motor ke Kampung Golo Borong saat ada kegiatan dari desa. Kalau jalan kaki dengan jarak 2 kilometer itu bisa ditempuh dengan waktu 25-30 menit. Memang Kampung Golo Borong sangat panjang. Letak sekolah di sisi barat dari kampung tersebut yang dibatasi Sungai Wae Usang," jelasnya.
Letak sekolah SDI Muku Jawa, lanjut Inojalus, berada di Kampung Wae Tewuk, Desa Satarlahing di bagian timur. Sedangkan anak sekolah dari Kampung Golo Borong berada di bagian barat.
Dari Kampung Golo Borong, anak sekolah berjalan menuju ke arah timur dari kampung tersebut.
Inojalus menjelaskan, di tengah Kampung Golo Borong ada jalan lurus dan panjang menuju ke sekolah.
Sebagian anak sekolah dari Kampung Golo Borong berjalan kaki di jalan pintas, jalan pendek itu, walaupun menaiki tangga kayu darurat yang dibuat orang tua murid supaya cepat tiba di sekolah.
"Sejak lama jalan pintas itu digunakan oleh anak sekolah. Dan, ada banyak jalan pintas dari Kampung Golo Borong menuju SDI Muku Jawa. Lokasi SDI Muku Jawa dan Kampung Golo Borong dibatasi Sungai Wae Usang. Kalau musim hujan, jalan pintas itu tidak dipakai karena air sungainya banjir," jelasnya.
Pemerintah Desa Satarlahing bersama warga Kampung Golo Borong sudah melakukan pembebasan lahan untuk dibangun Tambahan Ruang Kelas (TRK) Golo Borong, Kantor Posyandu. Pemdes Satarlahing dan warga sudah menandatangani surat pembebasan lahan tanah untuk dibangun gedung TRK dan Rumah Posyandu.
"Warga Kampung Golo Borong dan Pemdes Satarlahing sudah secara swadaya membangun dua Tambahan Ruang Kelas (TRK) Golo Borong. Warga menunggu Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur untuk aktivitas belajar mengajar di tahun ajaran 2023 ini," jelasnya.
Guru SDI Muku Jawa, Aleksius Frederikus Jumpar saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan teleponnya, Senin (22/5/2023) berharap pemerintah membangun jembatan gantung dari Kampung Golo Borong ke SDI Muku Jawa yang terletak di Kampung Wae Tewuk, Desa Satarlahing.
"Agar sebagian anak sekolah SDI Muku Jawa dari Kampung Golo Borong tidak berjalan kaki dan menaiki 16 tangga kayu darurat lagi, diharapkan membangun jembatan gantung atau layang," jelasnya.
Anggota DPRD Kabupaten Manggarai Timur, Lucius Modo saat dihubungi Kompas.com melalui pesan Whatsapp, Senin (22/5/2023) mengakui, selama ini wilayah dan warga sebelah Sungai Waemusur, Kecamatan Ranamese, sangat minim perhatian dari pemerintah.