Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Murid SD di NTT, Naik Tangga Kayu Lewati Tebing supaya Lebih Cepat Sampai ke Sekolah

Kompas.com - 20/05/2023, 15:20 WIB
Markus Makur,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Murid Sekolah Dasar Inpres (SDI) Muku Jawa, Desa SatarLahing, Kecamatan Ranamese, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), setiap hari harus menaiki anak tangga demi mempersingkat waktu tempuh ke sekolah.

Cerita ini disampaikan salah satu guru, Aleksius Frederikus Jumpar, yang mencoba untuk membuktikannya sendiri.

Kepada Kompas.com, Frederikus Jumpar mengatakan, akses masuk dari sekolah ke kampung tempat tinggal para siswa sangatlah buruk.

Baca juga: Perjuangan Murid SMP di Lampung, Jadi Buruh Batu Bata demi Biaya Study Tour

"Status jalan desa yang belum terurus dengan serius sangat berpengaruh bagi akses warga untuk keluar dan masuk kampung. Bebatuan yang tak tersusun dengan baik membuat badan semakin letih," jelasnya melalui sambungan telepon selulernya, Sabtu (20/5/2023).

Setiap hari, para siswa SDI Muku Jawa berangkat menempuh perjalanan sekitar 3-4 km berjalan kaki naik turun gunung.

Karena itulah, sejumlah orangtua di Kampung Golo Borong kemudian berinisiatif membuatkan tangga kayu supaya mereka lebih cepat sampai.

Kabar tersebut sempat membuat Frederikus Jumpar tidak percaya sehingga dia memutuskan untuk membuktikannya sendiri.

"Saya mendengar cerita dari orangtua murid maupun murid saya bahwa mereka berjalan kaki menaiki tangga kayu dengan jarak 3-4 kilometer. Berdasarkan cerita itu, saya memutuskan hari ini berjalan kaki bersama mereka. Memang, saya biasa mengendarai sepeda motor dari tempat tinggal saya yang jaraknya 20 km ke sekolah," kisahnya.

Frederikus memaparkan, jam di tangannya menunjukkan pukul 07.15 Wita saat mereka berjalan menuju ke arah selatan.

Baca juga: Cerita Murid Kelas 1 SMP Raih Sederet Prestasi Sepak Bola Dalam dan Luar Negeri

Di jalan, dia dan sejumlah murid berpapasan dengan siswa lain yang hendak berangkat. Mereka tersenyum dan saling melempar salam.

Julio Apong, murid SDI Muku Jawa, menyapa “Selamat pagi, Guru". Mereka berangkat sama-sama ke sekolah dengan berjalan kaki.

Frederikus Jumpar memaparkan, perjalanan dimulai dengan menyusuri perkebunan kemiri dari salah satu warga di kampung itu.

Jalan tersebut awalnya masih rata. Setelah 30 meter, mereka mulai melewati jalan menurun. Warga setempat membuat jalan berkelok supaya memudahkan penggunanya. Sebab, mereka melewati antara bebatuan yang menggantung.

Sesampai di Sungai Wae Usang, setelah membersihkan badan selama 5 menit, mereka melanjutkan perjalanan.

Sejumlah murid SDI Muku Jawa, Kecamatan Ranamese, Kabupaten Manggarai Timur,NTT berjalan kaki dengan menaiki tangga kayu setiap hari. setiap hari saat pergi dan pulang sekolah, murid sekolah ini melintasi jalan tanah dan menaiki tangga kayu, belum lama ini. (KOMPAS.com/DOK/Aleksius Frederikus Jumpar/Guru SDI Muku Jawa)KOMPAS.COM/DOK/Aleksius Frederikus Jumpar/Guru SDI MUKU JAWA-Manggarai Timur Sejumlah murid SDI Muku Jawa, Kecamatan Ranamese, Kabupaten Manggarai Timur,NTT berjalan kaki dengan menaiki tangga kayu setiap hari. setiap hari saat pergi dan pulang sekolah, murid sekolah ini melintasi jalan tanah dan menaiki tangga kayu, belum lama ini. (KOMPAS.com/DOK/Aleksius Frederikus Jumpar/Guru SDI Muku Jawa)

Hanya mengenakan sandal, tanpa sepatu sekolah yang memadai, para murid SDI Muku Jawa itu sampai tanjakan pertama, dengan tebing setinggi satu meter.

Baca juga: Cerita Perjuangan Tharisa, Atlet Wushu Asal Semarang Raih Emas SEA Games Kamboja, Lewatkan Lebaran untuk Latihan di China

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Regional
2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Tujuan Pria di Semarang Curi dan Timbun Ratusan Celana Dalam Perempuan

Regional
Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Banjir Rob Demak, Kerugian Petambak Ikan Capai 14 Miliar Setahun Terakhir

Regional
Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Sebelum Meninggal, Haerul Amri Keluhkan Mata Perih dan Kebas

Regional
Bukan Fenomena 'Heat Wave', BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Bukan Fenomena "Heat Wave", BMKG Sebut Panas di Jateng Disebabkan Hal Ini

Regional
301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

Regional
Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Regional
Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Regional
3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com