NUNUKAN, KOMPAS.com – Bidan Margaret (34), menunjukkan sukacitanya karena mendapat penghargaan sebagai perempuan berjasa di bidang kesehatan dari daerah perbatasan RI–Malaysia, yang merupakan wilayah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T).
Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis Hulu, Nunukan, Kalimantan Utara ini, merasa mendapat perhatian dan dukungan dari Negara setelah menerima penghargaan bidang kesehatan yang diserahkan oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo, pada Hari Kesatuan Gerak PKK yang digelar di Kota Medan, Rabu (17/5/2023).
"Saya sudah tujuh tahun mengabdi sebagai bidan honorer di Pustu Tau Lumbis. Suka dukanya banyak, tapi saya sangat menikmati pekerjaan saya. Apalagi Tau Lumbis adalah tempat kelahiran dan tanah nenek moyang saya," ujarnya, Sabtu (20/5/2023).
Margaret mengaku sangat senang bisa mengabdikan diri di kampung halamannya, meskipun penuh dengan keterbatasan.
Suka duka menjadi tenaga medis di perbatasan Negara, sangat banyak. Contoh kecilnya, ketika Pustu tidak memiliki kelengkapan atau kehabisan obat untuk pasien yang urgent, untuk membawanya ke puskesmas dari tempatnya bertugas saja, sudah menghabiskan waktu 4 jam.
"Dan kalau kita menemukan pasien dalam kondisi sakit parah dan butuh perawatan medis yang lebih intens, kita rujuk ke rumah sakit terdekat, yaitu ke RS Malinau. Kita gunakan kapal kayu dan menghabiskan waktu perjalanan enam jam, dengan biaya sekitar Rp 14 juta, pulang pergi," tuturnya.
Biaya untuk rujuk pasien juga menjadi kendala tersendiri. Namun pihak pemerintah desa, biasanya mengalokasikan biaya rujukan pasien dari DD atau ADD, dan terkadang diambil swadaya dari warga sekitar.
Belum lagi ketika terjadi pertimbangan medis lain, yang mengharuskan pasien dirujuk ke RSUD Nunukan, tentu waktu dan ongkos perjalanan dua kali lipat dari biaya yang dihabiskan untuk rujuk ke RS Malinau.
"Masalah rujuk, durasi waktu dan biaya perjalanan, hanya sebagian masalah kita di perbatasan Negara. Ketersediaan SDM dan infrastruktur masih menjadi mimpi kami yang berdomisili di ujung negeri ini," kata Margaret.
Baca juga: Pakaian Seragam Sekolah, Lika-liku Kisah Pendidikan Karakter
Sebagai bidan, Margaret mencoba sekuat tenaga dan semampu dia untuk selalu hadir bagi warganya yang membutuhkan tenaganya.
Ia bahkan merawat 5 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di wilayah tugasnya. Pustu Tau Lumbis, menjadi pusat kesehatan bagi sekitar 10 Desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 759 jiwa.
Pendekatan yang baik, membuatnya mudah diterima, dan menjadikan keluarga ODGJ percaya terhadap kinerja Margaret.
"Saya merawat lima ODGJ, mereka biasanya mengamuk dan melakukan hal diluar kendali. Tapi Puji Tuhan, selama saya merawat mereka, tidak pernah saya diamuk, atau menjadi tempat pelampiasan mereka ketika sedang kambuh," katanya.
Di antara 5 ODGJ, ada 1 orang yang melakukan hal di luar batas kewajaran dan membahayakan warga sekitar.
Keluarga ODGJ tersebut, memutuskan untuk memasungnya dan menempatkannya di sebuah pondokan yang kumuh tak terawat.
Baca juga: Strudel, Kisah Kudapan yang Melanglangbuana
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.