Ruas jalan banyak yang diblokade, sehingga mereka harus melalui jalan tikus yang untungnya diketahui oleh sopir Handoko.
“Jalan tol saat itu gratis, tapi di beberapa ruas ditutup, seperti ke Serang itu tidak bisa. Sehingga kami keluar pintu Tol Ciujung lalu lewat pemukiman warga dan hutan-hutan untuk sampai Rangkasbitung,” kata dia.
Handoko kemudian tiba di Rangkasbitung siang hari dan tinggal di rumah sementara yang disewa orangtuanya.
“Kalau di Rangkasbitung kondusif, enggak ada kejadian apa-apa,” kata dia.
Handoko mengatakan, hampir seluruh warga di perumahan yang dia tinggali mengungsi ke berbagai tempat.
Bahkan ada yang ke luar negeri, seperti ke Singapura dan Hongkong.
Handoko bersama keluarganya baru berani kembali ke Jakarta sepekan setelah Presiden Soeharto lengser.
Kendati masih trauma, Handoko bersyukur keluarganya selamat dari kerusuhan Mei 1998.
Dia mendengar kabar, banyak teman-teman sekolahnya yang bernasib tidak baik.
“Ada teman saya rumahnya dibakar di Ciledug. Saya juga kehilangan kontak dengan banyak teman. Kabarnya mereka mengungsi ke luar negeri dan enggan balik lagi,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.