BORONG, KOMPAS.com– Matahari masih malu-malu saat Patrisino Quirino Jeyede (12) terseok-seok melangkahkan kakinya.
Kedua tangan siswa kelas V Sekolah Dasar Katolik Paundoa, Desa Komba, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur itu memegang sebuah tongkat.
Baca juga: Hardiknas 2 Mei 2023: Sosok Ki Hadjar Dewantara dan Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Dengan alat bantu tersebut, Patrisno berjalan menempuh jarak satu kilometer dari Kampung Watunija demi pergi ke sekolahnya.
UPDATE: Kompas.com menggalang bantuan untuk kisah perjuangan Trisno terus sekolah. Uluran tangan Anda dapat disalurkan dengan cara klik di sini
"Saya biasa bangun jam 06.00 Wita, pakai baju seragam, jam 06.30 Wita saya berangkat dari rumah ke sekolah, jaraknya satu kilometer," katanya saat ditemui Kompas.com, Senin (1/5/2023).
Baca juga: Hardiknas 2022: Kebudayaan, Sumber Belajar dan Tujuan Pembelajaran
Bocah yang kerap disapa Trisno tersebut mengaku tetap bersemangat menimba ilmu meski di tengah keterbatasan kondisi fisik.
"Saya berjuang keras untuk terus sekolah walaupun saya berjalan dibantu dengan tongkat kayu dari rumah ke sekolah," jelasnya.
Trisno merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Magdalena Ojing (43) dan Almarhum Quirinus Jala (47). Kaki Trisno sakit dan sulit digunakan untuk berjalan.
Meski demikian, Trisno memiliki cita-cita menjadi tentara.
"Saya memiliki cita-cita menjadi tentara walaupun saya memiliki keterbatasan fisik," katanya.
Karena kondisinya tersebut, sang ibu membuatkan sebuah tongkat kayu untuk membantunya berjalan.
"Dulu saat kaki saya tidak sakit, saya biasa bermain bola kaki dengan teman-teman. Setelah kaki sakit, saya tidak biasa lagi bermain bolak kaki. Saya sangat sedih sekali. Saya berdoa dan berharap kaki kanan saya sembuh seperti dulu lagi," jelasnya.
Cerita sang ibunda
Ibunda Trisno, Magdalena Ojing (43) mengatakan, November 2022 lalu, Trisno pulang dari bermain bola kaki.
Setiba di rumah, ujung kakinya putranya sakit selama satu minggu. Rasa sakit itu rupanya menjalar sampai di pangkal paha. Ketika Trisno sakit, ia tidak bisa berjalan dan susah berdiri.
"Saya catat awal anak kami sakit sejak 2 November 2022 lalu. Tidak bisa berdiri dan jalan. Kemudian, saya bawa ke rumah keluarga di dekat kampung. Lalu satu minggu kemudian, keluarga membawa berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa," jelasnya.