KOMPAS.com - Atlet bulu tangkis putra Syabda Perkawa Belawa meninggal dalam kecelakaan maut di Tol Pemalang pada Senin (20/3/2023) dini hari.
Syabda bersama keluarga direncanakan mudik ke Sragen, Jawa Tengah, karena akan takziah nenek yang meninggal dunia.
Atlet kelahiran Jakarta, 21 tahun lalu itu setiap tahun mudik ke Sragen. Di mata sang paman, Agung Pranoto yang juga Carik Sambirejo, Mondokan, Kabupaten Sragen atlet Pelatnas itu setiap tahunnya sering mudik ke Sragen.
Baca juga: Cerita Atlet Bulu Tangkis Syabda Perkasa Belawa di Mata Keluarga: Mantap Jadi Atlet sejak Masuk SMP
"Setiap tahun pasti pulang ke Sragen, terakhir 2021. Biasanya kalau di rumah satu mingguan, orangnya baik, enggak sombong berbaur dengan semua orang," kata Agung saat dihubungi Kompas.com, (12/5/2022) lalu.
Meskipun telah menjadi atlet pelatnas, pengakuan Agung, selama pulang ke Sragen Syabda selalu menyempatkan bermain bulu tangkis dengan anak-anak di desanya.
"Ya main bulu tangkis di GOR kawasan sini. Bareng-bareng main dengan warga juga," jelasnya.
Baca juga: Atlet Bulu Tangkis Syabda Perkasa Meninggal karena Kecelakaan di Tol Cipali
Syabda menjadi sorotan setelah menjadi pahlawan kemenangan Tim Indonesia saat bersua Korea Selatan di Piala Thomas 2022, Rabu (11/5/2022).
Atlet bulu tangkis ini menang asal wakil Negeri Ginseng Lee Yun-gyu di partai penentuan juara Grup A, dalam laga yang menjadi debutnya di Piala Thomas.
Di mata keluarganya, pemain asal PB Djarum Kudus ini sudah memiliki rasa tanggung jawab sejak dirinya memilih bulu tangkis.
Bahkan, Syabda memutuskan sendiri pilihannya menjadi atlet sejak dirinya akan memasuki gerbang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Sejak umur lima tahun, sudah mengenal bulu tangkis. Dia suka dan latihan seiringan waktu berkembang dan memiliki niat untuk menekuni jadi atlet," cerita ayah Syabda, Muanis Hadi Sutamto, yang dihubungi Kompas.com, Kamis (12/5/2022).
"Awal menjadi atlet profesional, saat dia waktu SD sudah berprestasi terus mewakili sekolah di Bekasi, Juara 1 tingkat Jawa Barat. Terus lulus SD ikut beasiswa di Djarum. SMP dan SMA sudah di Djarum. baru SMA kelas 2 ditarik ke Pelatnas umur 17 tahun," urai dia.
Mengaku pilihan menjadi atlet datang dari Syabda, tidak ada paksaan dari orang lain. Sebab dalam keluarganya, tidak ada yang menekuni menjadi olahragawan.
"Kenal bulu tangkis awalnya ikut saya, senang olahraga bulu tangkis meskipun tidak profesional. Ya itu saat TK, dia pengen. Bilang 'Pah aku mau kayak gitu', melihat anak-anak di sebelah saya saat main bulu tangkis, dilatih pelatih," ujarnya.
Perjalanan anak kedua dari Muanis dan Anik Sulistyowati ini tak berbeda dari anak lain yang sering terganjal kemalasan berangkat latihan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.