MATARAM, KOMPAS.com - PT Indonesia Lombok Resort (ILT) selaku pengembang pembangunan kereta gantung Rinjani menjamin bahwa keberadaan kereta gantung tersebut tidak akan mematikan usaha jasa porter.
Production Manager PT ILT, Ahui menyampaikan, jasa kereta gantung dan jasa porter memiliki pangsa pasar wisatawan yang berbeda, sehingga tidak akan mengganggu usaha porter.
"Untuk teman-teman porter jangan khawatir enggak dapat pekerjaan, karena pasar kita beda sama sekali," kata Ahui, Senin (2/1/2023).
Baca juga: Pengembang Kereta Gantung Rinjani Janji Lakukan Reboisasi
Ahui menjelaskan, kereta gantung Rinjani membidik wisatawan yang datang ke Lombok untuk waktu yang singkat. Sementara porter melayani wisatawan yang mempunyai waktu banyak untuk menikmati pendakian Rinjani.
"Pasarnya kita wisatawan yang berwisata ke negara kita yang berkunjung selama 3 hari, sedangkan mereka (porter) yang untuk men-tracking gunung 3 hari 2 malam. Jadi enggak mungkin lewat tracking. Karena pasti ingin ketempat yang lain," jelas Ahui.
Baca juga: Pembangunan Lintasan Kereta Gantung Rinjani Dimulai Akhir Januari, Ini Alasannya
Ahui menyebut, kereta gantung Rinjani nantinya bisa ditempuh dengan waktu 3-4 jam dari titik bawah hingga ke titik teratas.
Menurut Ahui, pangsa pasar kereta gantung nantinya akan didominasi wisatawan yang secara kemampuan fisik tidak dapat menikmati Rinjani dengan cara tracking.
"Kan yang sehat akan mendaki, tidak mungkin dia mau menanti kereta gantung. Seperti di Australia misalkan, di negara mereka ada kereta gantung, tapi tetap ingin mendaki caranya ke Rinjani," kata Ahui.
Ke depan, pihaknya berencana untuk melakukan kerja sama dengan para porter di Sembalun untuk turut menjual tiket kereta gantung yang nantinya akan mendapatkan fee dari penjualan tersebut.
"Jadi enggak usah takut kehilangan mata pencaharian. Jadi ada cara lain bisa bekerja sama dengan porter-porter yang berada di Sembalun. Misalkan bisa jual tiket, kita juga akan dapat komisi nanti. Tidak usah jadi porter ngangkut-ngangkut," kata Ahui.