Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya sampai Tak Bisa Tidur, Air Laut Langsung Terasa di Tembok dan Pintu Rumah"

Kompas.com - 31/12/2022, 17:42 WIB
Riska Farasonalia

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah keluarga yang tinggal di Kampung Tambak Lorok, Tanjung Emas, Kota Semarang terpaksa mengungsi karena terdampak cuaca ekstrim.

Sebagian besar rumah warga yang berhadapan langsung dengan pantai rusak diterjang gelombang laut yang tinggi.

Warga Tambak Lorok, Sri Wahyuni mengaku tak bisa tidur karena gelombang laut yang masuk ke permukiman warga lebih besar dibandingkan dengan biasanya.

"Saya sampai tak bisa tidur air laut langsung terasa di tembok dan pintu rumah saya," kata dia.

Untuk itu, dia meminta agar Pemerintah Kota Semarang agar segera membangun sabuk pantai di Tambaklorok agar warga bisa tidur dengan tenang.

"Sabuk laut segera dibangun, masak kita mau seperti ini terus. Kasian anak-anak dan lansia," imbuhnya.

Baca juga: Pengungsi Akibat Cuaca Ekstrem di Tambaklorok Semarang Bertambah, Warga Tak Bisa Tidur dengan Tenang

Gelombang capai 4 meter

Ketua RW 15 Tambak Lorok, Slamet Riyadi menjelaskan, para pengungsi merupakan warga yang rumahnya berada di titik rawan terkena gelombang laut.

"Sudah tiga hari ini gelombang laut tinggi sampai 4 meter," ujarnya.

Warga Tambak Lorok terpaksa diungsikan ke tempat yang lebih aman hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

"Kita jaga-jaga gelombang tinggi terjadi lagi," paparnya.

Saat ini warga masih membutuhkan bantuan baik kebutuhan pokok maupun bahan material seperti tanah urug dan karung berisi pasir sebagai tanggul sementara.

"Kalau tidak dikasih karung berisi pasir itu pasti langsung menghantam rumah warga. Jadinya seperti ini. Tingginya air laut sampai 4 meter sudah sampai atap rumah warga," ungkapnya.

Penjelasan BPBD

Kepala Bidang Penanganan Darurat (BPBD) Jateng, Dikki Rully mengatakan, cuaca ekstrem membuat puluhan rumah warga di Tambaklorok rusak.

"Yang rusak berat ada 17 rumah, yang mengungsi yang punya rumah itu.

Total ada 17 warga yang mengungsi sekarang," jelas dia, Jumat.

Dia menjelaskan, rumah warga yang rusak memang berhadapan langsung dengan pantai.

Hal itu membuat kawasan tersebut sering terjadi banjir rob.

"Solusinya yang jangka panjang nanti tahun depan akan dibangun tanggul," ujarnya.

Saat ini petugas BPBD sudah disiagakan di kawasan tersebut.

Selain itu sejumlah bantuan juga sudah dikirimkan untuk meringankan beban warga.

"Petugas BPBD dan relawan juga sudah membantu warga untuk memperbaiki bangunan yang rusak," paparnya.

Baca juga: 45 Rumah Roboh Dihantam Ombak di Tambaklorok Semarang, Ganjar: Kita Bantu

9 tanggung jebol

Sebelumnya, kawasan Pantai Marina Semarang juga sempat lumpuh total akibat direndam banjir setinggi lutut orang dewasa sejak pukul 01.00 WIB pada Kamis (29/12/2022).

Selain gelombang laut tinggi dan fase pasang, banjir dipicu oleh sembilan tanggul yang jebol di sebelah timur kawasan Marina Semarang.

Data terakhir BPBD Jateng, terdapat 12 keluarga yang masih evakusi ke tempat yang lebih aman.

Saat ini tinggal jalan yang masih tergenang. Sementara untuk rumah warga sudah tidak tergenang banjir.

"Untuk evakuasi kemarin ada 15 KK. Sudah ada laporan resmi ada 12 KK, jadi 12 rumah. Kalau rumah sudah tidak tergenang. Saat ini tinggal jalannya saja," paparnya. Hari ini ditargetkan kondisi jalan juga sudah bisa kering sehingga lalu lintas warga bisa berjalan dengan normal kembali. "Ini sedang dipompa terus harapannya agar bisa kering," kata Dikki.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Semarang, Muchamad Dafi Yusuf | Editor Khairina, Dita Angga Rusiana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Regional
Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Regional
Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Regional
Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Regional
Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Regional
Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Regional
Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Regional
4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

Regional
Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Regional
Aksi 'Koboi' Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Aksi "Koboi" Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Regional
Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Regional
Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Regional
Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Regional
Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Regional
Ditangkap, Pengumpul 1,2 Ton Pasir Timah Ilegal di Bangka Belitung

Ditangkap, Pengumpul 1,2 Ton Pasir Timah Ilegal di Bangka Belitung

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com