Tanah diraupnya terasa sejuk dan nyaman. Lalu ia tancapkan keris di atas tanah (lokasinya sekarang berada di dekat komplek kantor Bea Cukai Selatpanjang), ambil berkata.
"Dengarkanlah oleh kamu sekalian di tanah Hutan Tebing Tinggi inilah yang amat baik didirikan sebuah negeri. Negeri ini nantinya akan berkembang aman dan makmur apabila pemimpin dan penduduknya adil dan bekerja keras serta menaati hukum-hukum Allah."
Baca juga: Bupati Meranti Kena Teguran Keras Mendagri Setelah Marahi Anak Buah Sri Mulyani
Panglima itu berdiri tegak di hadapan semua pembesar kerajaan, laskar, hulu balang dan pasukannya. Ia pun meminta pasukannya membuka lahan yang disebut Bandar Tebing Tinggi yang kelak dikenal dengan Kota Selatpanjang.
"Den bernama Tengku Bagus Saiyid Thoha Panglima Besar Muda Siak Sri Indrapura. Keris den ini bernama Petir Terbuka Tabir Alam Negeri. Yang den sosok ini den namakan Negeri Makmur Kencana Bandar Tebing Tinggi."
Setelah menebas hutan dan membuka wilayah kekuasaan, berdirilah istana panglima besar.
Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha itu sebagai penguasa pulau.
Kala itu, sebelah timur negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Perumbi. Seiring perkembangan waktu bandar ini semakin ramai dan bertumbuh sebagai salah satu bandar perniagaan di Kesultanan siak.
Baca juga: Oknum PNS dan Istri Jadi Pengedar Sabu di Selatpanjang
Ramaiannya bandar tersebut membuat Pemerintahan Hindia Belanda datang.
Pada tahun 1880, pemerintahan di Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi dikuasai oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi yang bergelar Tuan Temenggung Marhum Buntut (Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada Sultan Siak).
Pada masa pemerintahannya di bandar ini terjadilah polemik dengan pihak Pemerintahan Kolonial Belanda yaitu Konteliur Van Huis mengenai perubahan nama negeri ini.
Dalam keputusan sepihak, pemerintahan kolonial Belanda mengubah daerah ini menjadi Selatpanjang. Namun penubahan namaa itu tidak disetujui oleh J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi selaku pemangku daerah.
Baca juga: Bupati Kepulauan Meranti Laporkan Pendahulunya ke Polisi Terkait Pencemaran Nama
Akhirnya berdasarkan kesepakatan bersama pada tanggal 4 September 1899, Negeri Makmur Kencana Tebing Tinggi berubah menjadi Negeri Makmur Bandar Tebingtinggi Selatpanjang.
J.M. Tengkoe Soelong Tjantik Saijet Alwi mangkat pada tahun 1908.
Seiring waktu masa di awal Pemerintahan Republik Indonesia, Kota selatpanjang dan sekitarnya merupakan wilayah Kewedanan di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Tebingtinggi.
Pada tanggal 19 Desember 2008, daerah Selatpanjang dan sekitarnya ini berubah menjadi Kabupaten Kepulauan Meranti memekarkan diri dari Kabupaten bengkalis dengan ibukota Selatpanjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.