Luas Kabupaten Kepulauan Meranti : 3707,84 km², sedangkan luas Kota Selatpanjang adalah 45,44 km².
Batas Wilayah kabupaten Kepulauan Meranti:
Dikutip dari Merantikab.go.id, Kota Selatpanjang adalah pusat Kabupaten Kepulauan Meranti yang dulunya adalah bandar (kota) yang paling sibuk dengan perniagaan di masa Kesultanan Siak.
Bandar tersebut dihuni oleh masyarakat heterogen terutama Suku Melayu dan Tionghoa yang hidup harmonis baik secara kulutral maupun perdagangan.
Di masa lalu, kawasan Selatpanjang adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang saat itu menjadi salah satu kesultanan terbesar di Riau.
Pada masa pemerintahan Sultan Siak VII yaitu Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi (yang bertahta tahun 1784-1810 ) memberi titah kepada Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha untuk mendirikan negeri atau Bandar di Pulau Tebing Tinggi.
Baca juga: Marahi Pejabat Kemenkeu dengan Kata-kata Kasar, Bupati Meranti: Saya Tak Perlu Minta Maaf
Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin Baalawi pernah singgah ke daerah itu untuk mengumpulkan kekuatan melawan Kerajaan Sambas (Kalimantan Barat).
Saat itu Kerajaan Sambas terindikasi bersekutu dengan Belanda yang telah khianati perjanjian setia serta mencuri mahkota Kerajaan Siak.
Sang Sultan berencana bandar tersebut akan menjadi ujung tombak pertahanan ketiga setelah Bukit Batu dan Merbau untuk menghadang penjajah dan lanun.
Pada awal Muharram tahun 1805 Masehi, d bawah pimpinan Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau Tebing Tinggi.
Setelah rombongan tiba di tebing Hutan Alai (sekarang Ibukota Kecamatan Tebingtinggi Barat), Sang Panglima menghujam kerisnya memberi salam pada Tanah Alai. Namun salam itu tak dijawab oleh Tanai Alai.
Baca juga: Kronologi Bupati Meranti Marahi Dirjen Kemenkeu hingga Ditegur Keras Mendagri
"Menurut sepanjang pengetahuan den, tanah Alai ini tidak baik dibuat sebuah negeri karena tanah Hutan Alai adalah tanah jantan, Baru bisa berkembang menjadi sebuah negeri dalam masa waktu yang lama," kata sang panglima dihadapan pembesar Siak dan anak buahnya.
Panglima bertolak menyusuri pantai pulau hingga melihat tebing tinggi. Armada pun merapat ke Tebing Tanah Tinggi bertepatan tanggal 07 April 1805 Masehi.
Panglima yang berusia 25 tahun itu mengucap bismillah dan tiba di daratan dan memberi salam.