Usai minum, orangtua dan kakaknya kembali beraktivitas. Sementara tersangka langsung mencuci gelas yang dipakai korban di tempat cuci piring. Efek sianida pada tubuh korban sekitar 15-30 menit setelah meminum.
Kesempatan itu digunakan tersangka untuk membersihkan TKP lainnya, yakni di dapur, gelas dicuci, sambil menunggu reaksi korban. Setelah bereaksi, tersangka bahkan sempat menghampiri korban pura-pura ingin menolong ala kadarnya.
"Tersangka bantu ngelap (membersihkan) muntahan dan sebagainya. Dirasa aman, tersangka menelepon saudara, ART, untuk menguatkan alibinya agar datang, bahwa orangtuanya mual-mual dan tidak sadarkan diri," ungkapnya.
Setyo melanjutkan, para korban sempat dilarikan ke RSUD Rumah Sakit tapi nyawanya tidak tertolong.
Polisi yang datang ke TKP untuk penyelidikan mendapati DDS dalam kondisi tenang, bahkan ketika diminta keterangan oleh petugas Polsek Mertoyudan. Polisi merasa janggal dengan kasus ini sehingga menyisir seluruh sisi rumah.
"Kami merasa di situ ada yang aneh, kami cek mendetail, teliti, dan kita temukan fakta-fakta antara lain gelas dan sendok teh di tempat cuci piring," ujar Satyo.
"Sementara tersangka tenang, tidak ada reaksi layaknya sedang kehilangan keluarga dekatnya, kami sudah curiga apalagi di awal dia sendiri yang menolak jenazah korban diotopsi," lanjut Setyo.
Akhirnya polisi memeriksa dan menginterogasi DDS sampai akhirnya dia mengakui perbuatannya. Tersangka DDS langsung diamankan untuk proses hukum selanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.