"Ditemukan humus dedaunan yang gugur sangat tebal. Mungkin itu pertimbangan dinamakan Bukit Daun," kata Bima salah seorang tim Palasostik.
Memasuki puncak di shelter dua, sejauh mata memandang selain pepohonan terdapat hamparan lumut menghijau yang tumbuh di tanah, akar, hingga batang kayu. Sebuah pemandangan yang luar biasa.
Dengan jalur yang terus mendaki, hujan tak berkesudahan akibatkan badan selalu basah serta durasi waktu 8 jam wajar kiranya urat kaki berasa keram bercampur letih, juga mengantuk. Semua itu akan terobati ketika mencapai puncak Bukit Daun.
Hijau kanopi pepohonan membentang warna-warni sebuah danau di puncak bernama Danau Telapak Kaki merupakan obat mujarab pengobat letih.
Cuaca dingin menjadi ancaman di Bukit Daun. Suhu mencapai 12 derajat, kebutuhan pakaian hangat sangat penting guna menghindari serangan hypothermia.
Salah seorang pendaki sempat terkena gejala hypotermia tangan dan kaki mengunci tak bisa digerakkan akibat dingin menyerang serta suhu tubuh yang ikut menurun.
Bukit Daun merupakan penghasil air bersih bagi 5 kabupaten di Provinsi Bengkulu. Ancaman perambahan, ilegal logging, serta perkebunan selalu membayangi wilayah itu.
Baca juga: Cuaca Normal, Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu dan Singolangu Kembali Dibuka
"Kawasan ini merupakan suplai air bagi banyak masyarakat Bengkulu. Semoga dapat terjaga dari perambahan dan ilegal logging. Karena bila kawasan ini hancur maka ribuan masyarakat di Bengkulu terancam kekeringan," ucap Bima.
Kabut tebal kembali datang di puncak Bukit Daun menutup semua pandangan. Dingin semakin menusuk tulang. Bunyi angin bergemuruh menerpa dedaunan menghasilkan irama gemuruh. Kawasan ini sejatinya tidak ramah terhadap pendaki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.