SEMARANG, KOMPAS.com - Tidak banyak yang mengetahui Kolasemauku, sebuah komunitas yang memiliki cara unik dalam memanfaatkan kertas-kertas bekas di Semarang.
Sesuai namanya, Kolasemauku bergerak di bidang kolase. Artinya, seni tempel menempel yang menggabungkan beberapa kertas menjadi satu bagian utuh.
Biasanya, sekumpulan anak muda di komunitas ini memanfaatkan sejumlah bahan kertas dari koran, majalah, ataupun buletin yang tak lagi terpakai.
Baca juga: 4 Mahasiswa ITB Manfaatkan Limbah Plastik dan Sabut Kelapa Sawit untuk Perkerasan Jalan
Penggagas Kolasemauku, Debby Selviana, menuturkan, terbentuknya komunitas ini berlandas atas ingin berkreasi dengan cara lain.
Tak hanya itu, menurut Janet, sapaan akrabnya, kertas menjadi bahan utama dalam pembuatan kolase lantaran mudah dicari dan didapat.
"Daripada kertas-kertasnya kebuang, mending buat media healing yang menghasilkan sesuatu. Ini mudah, karena hanya mengandalkan sistem potong dan tempel," tutur Janet kepada Kompas.com, baru-baru ini.
Dalam proses pembuatannya, Kolasemauku hanya membutuhkan beberapa alat seperti gunting, cutter, dan lem.
Janet menyebut, cukup mudah untuk membuat sebuah kolase sederhana. Pertama, kertas dipotong sesuai bagian yang diinginkan.
Lalu kertas tersebut ditempelkan ke media tempel seperti kardus bekas menggunakan lem. Kemudian dikembangkan sesuai kreativitas masing-masing.
Baca juga: Mahasiswa Unair Inovasi Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Limbah Ini
"Yang penting bagaimana temen-temen bisa senang dengan kolase, bisa mengenal dan mengerjakan seni kolase. Karena kadang mereka tahu barangnya, tapi tidak tahu kalau itu namanya kolase," jelas dia.
Selain kardus bekas, Janet dan kawan-kawan Kolasemauku juga menggunakan media tempel canvas hingga paper bag.
Sementara itu, Janet menuturkan, setiap orang juga bebas menyuarakan isu apa pun dalam karya kolasenya. Ada isu lingkungan, perempuan, dan masih banyak lagi.
"Lebih bebas sebenarnya. Nah ini salah satu yang saya bikin tentang kekerasan seksual," jelas Janet.
Uniknya, Kolasemauku kerap menggelar workshop terbuka di cafe-cafe Semarang untuk masyarakat umum.
Workshop yang dinamai "Bongkar Pasang" itu sengaja dilakukan, tak lain bertujuan untuk belajar kolase bersama-sama.
"Banyak peminatnya, teman-teman di Semarang juga banyak yang ikut Bongkar Pasang," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.