LARANTUKA, KOMPAS.com - Enam tahun sudah Hendrikus Hada Tapo (31) dikurung di sebuah gubuk reyot di depan rumahnya di Desa Ojandetun, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ia begitu menderita. Makan, minum, dan berceloteh ia habiskan di gubuk berukuran 2×2 meter itu.
"Kalau warga di sini sering panggil dia Migu. Tiap hari saya dengan mama yang rawat dia," ucap Maria Ajatapo (26), saudari Migu saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Senin (1/11/2022) sore.
Baca juga: Hendak Tawuran, Belasan Pelajar di Flores Timur Diamankan
Maria menuturkan, awalnya Migu hanya menderita epilepsi pada 2016 silam. Namun, lambat laut laun penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh.
Migu pun mulai menunjukkan gelagat yang aneh. Berbicara tak beraturan, melempar dan membunuh ternak milik warga setempat menggunakan benda keras, seperti kayu dan batu.
Keluarga yang khawatir dengan perbuatan Migu kemudian meminta bantuan pemerintah dan warga setempat untuk mengurungnya. Ditambah lagi banyak warga yang merasa terganggu dengan ulah kakaknya itu.
Baca juga: 2.084 Gempa Bumi Terjadi di Pulau Flores Sepanjang Januari hingga Oktober 2022
"Kalau tidak dikurung kami takut. Karena akan membahayakan nyawa orang lain. Jadi di tahun 2017 kami sekeluarga bersepakat untuk kurung dia," ucapnya.
Selama dikurung, Migu tidak menunjukkan sikap yang membahayakan. Ia hanya berteriak kepada warga yang hendak melintas di depan rumahnya, agar memberinya sebatang rokok.
Meski kondisinya kian memprihatinkan, kasih sayang Maria dan sang ibunda Teresia Toa Tapo (65) tak pernah luntur. Mereka tetap setia merawatnya.
Setiap hari, ungkap Teresia, Migu selalu diberi makan. Ia juga sering dimandikan, tetapi tidak setiap hari. Sebab, ada saat tertentu penyakitnya akan kambuh.
"Dia mandi itu kadang tiga hari sekali mandi, tunggu agak tenang. Tapi bagaimanapun ini anak saya, darah daging saya. Seperti apapun kondisinya saya tetap setia merawatnya," ucap Teresia dengan nada lirih.