KOMPAS.com - Sederet kasus gagal ginjal akut pada anak terjadi di sejumlah daerah. Dari pantauan Kompas.com, enam anak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meninggal dunia.
Menurut dr. Kristia Hermawan M.Kes. Sp.A., dokter spesialis anak RSUP dr Sardjito Yogyakarta, dari awal Januari 2022 sampai Oktober 2022 ini ada 13 pasien gagal ginjal akut progresif atipikal (tidak khas) yang ditangani oleh RSUP Dr Sardjito.
Baca juga: Tambah 1, Anak yang Meninggal karena Gagal Ginjal di Yogyakarta Jadi 6 Orang
"Rentang usia pasien yang kami terima yang paling muda itu tujuh bulan, yang paling tua itu 17 tahun," bebernya dalam jumpa pers, Rabu (19/10/2022).
Sementara itu, empat anak saat ini masih jalani perawatan di RSUP dr Sardjito Yogyakarta. Sedangkan tiga pasien sudah sembuh.
"Empat kasus yang masih dirawat saat ini masih dalam prosedur cuci darah. Membutuhkan cuci darah," pungkasnya.
Baca juga: 13 Anak di DIY Alami Gejala Gagal Ginjal Misterius, Ini Tanda-tandanya
Sementara Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie mengungkapkan gejala gagal ginjal akut pada anak.
Para orangtua diharapkan segera memeriksakan anak-anak mereka jika menemukan gejala-gejala tertentu, salah satunya susah buang air kecil.
"Kemudian mengeluh pipis susah, air pipis keruh itu indikator. Kalau seperti itu enggak usah ambil resiko segera ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)," kata dia, Selasa (18/10/2022).
Baca juga: Tiga Pasien Gagal Ginjal Misterius yang Dirawat di RS Sardjito Yogya Dinyatakan Sembuh
Sementara itu, seorang anak berusia 1 tahun, 10 bulan, di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal akibat gangguan gagal ginjal akut misterius.
Sebelumnya, pasien sempat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waikabubak, Sumba Barat.
"Meninggal tadi malam sekitar pukul 22.00 Wita, setelah kondisinya terus memburuk akibat gangguan ginjal akut progresif atipikal,"ungkap Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Provinsi NTT, dr Woro Indri Padmosiwi, kepada Kompas.com, Kamis (20/10/2022) pagi.
Woro menjelaskan, pasien dibawa orangtuanya ke RSUD Waikabubak. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menemukan gejala gangguan ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury/AKI).
Namun, rumah sakit tersebut tidak bisa menanganinya karena ketiadaan fasilitas alat cuci darah khusus anak.
Menurut Woro, rumah sakit di seluruh NTT juga saat ini tidak memiliki alat cuci darah khusus anak. Sehingga dokter dan keluarga memutuskan untuk merujuknya ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Bali.