Permintaan itu dituturkan berupa ha'ituadoonfofelifiinleo kea tana ma so'do don leohailida, artinya ambil daun lontar dan anyam seperti cangkang kura-kura dan seperti sayap ikan pari.
Selanjutnya, mereka mengambil topi itu dan menaruhnya sebagai pelindung kepala (ti'i) kepala (langga).
Umumnya, pria Rote menggunakan topi ini sebagai aksesoris pakaian tradisional. Adakalanya, topi digunakan saat acara tertentu, seperti menarikan tarian tradisional atau saat upacara pernikahan sebagai penerima tamu.
Kaum perempuan juga menggunakan ti'i langga saat acara tertentu, seperti acara tarian bersama laki-laki dan perempuan.
Baca juga: Mengenal Pulau Rote: Sejarah Nama, Suku, Kondisi Geografis, dan Wisata
Selain itu, ti'i langga juga digunakan sebagai hiasan dinding rumah.
Ti'i langga yang digunakan sebagai hiasan dinding memiliki makna berupa jumlah anak perempuan yang sudah menikah ditandai dengan topi yang tergantung di dinding.
Namun tidak selamanya bermakna seperti itu, karena setiap orang di Pulau Rote ingin memiliki topi ini.
Ti'i langga memiliki filosofi untuk kehidupan masyarakat Rote Ndao yang diungkapkan pada setiap bagiannya.
Ciri khas ti'i langga adalah terdapat jambul dengan tinggi 40 sampai 60 cm.
Jambul itu terdiri dari sembilan tingkatan, setiap tingkatan terdapat dua lekukan.
Setiap lekukan jambul terdapat 18 lekukan yang melambangkan jumlah kerajaan atau nusak yang terdapat di Pulau Rote.
Sebanyak 18 lekukan jambul itu dibelah oleh satu garis lurus yang melambangkan keseimbangan.
Pada bagian badan ti'i langga terdapat garis lurus yang memiliki fungsi untuk memperkuat jambul, garis diikat sampai ke belakang yang melambangkan pemerataan.
Di bagian pinggir ti'i langga terdapat ujung daun yang tersusun rapi dan disatukan oleh tiga lingkaran.
Ujung-ujung daun tersebut menggambarkan masyarakat Rote yang disatukan oleh struktur pemerintahan yang kuat.
Baca juga: 5 Budaya Khas NTT, Ada Daging Asap Khas Rote