Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkebunan Sawit Ilegal Sebabkan Hutan Mukomuko Bengkulu Kritis hingga Matikan Habitat Gajah

Kompas.com - 14/09/2022, 11:47 WIB
Firmansyah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Seekor Gajah Sumatera atau elephas maximus sumatranus, ditemukan mati tinggal kerangka di kawasan Hutan Produksi (HP) Air Rami, Kecamatan Air Rami, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Selasa (13/9/2022).

Gajah betina itu ditemukan mati oleh Tim Patroli Konsorsium Bentang Alam Seblat belum diketahui penyebab kematian gajah.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Bengkulu, Said Jauhari membenarkan, seekor gajah betina dewasa yang mati namun belum diketahui secara jelas apa penyebab matinya mamalia dilindungi itu.

Baca juga: Gajah Sumatera Betina Ditemukan Mati di Hutan Produksi Bengkulu, Tinggal Kerangka

"Kami belum bisa memastikan apa penyebab kematian gajah itu. Namun kondisi hutan memang mengkhawatirkan perambahan dan perkebunan sawit marak," ungkap Said saat dihubungi melalui telepon, Selasa (13/9/2022).

Rusaknya kawasan hutan produksi di lokasi itu telah lama berlanjut. Kompas.com pernah mengungkap rusaknya kawasan hutan dijadikan kebun sawit ilegal bahkan hutan dijualbelikan oknum secara ilegal dengan harga Rp 15 juta per hektar.

Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menemukan ribuan hektar lahan kawasan Hutan Produksi (HP) dijual-belikan secara ilegal tanpa izin.

Hal ini dikemukakan Kepala KPHP, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Aprin Sihaloho kepada Kompas.com saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (2/6/2022).

"Ada ribuan hektar lahan dijual-belikan secara ilegal dan kami menyita sejumlah kuitansi jual beli itu yang dilakukan oleh oknum. Temuan itu sudah kami laporkan ke dinas," kata Aprin.

Baca juga: Penyembelih Kucing Hamil Diobservasi di RSJKO Bengkulu 14 Hari

Aprin mengatakan, total luas HP di bawah tanggung jawab KPHP Kabupaten Mukomuko adalah 78.315 hektar yang terbagi ke dalam tujuh HP.

Dari total luas hutan tersebut, sekitar 70 persen sudah mengalami kerusakan akibat perambahan perkebunan kelapa sawit.

"70 persen kawasan HP rusak karena ditanami masyarakat dengan kelapa sawit," jelasnya.

Penanggungjawab Konsorsium Bentang Alam Seblat, Ali Akbar menyatakan, jika situasi habitat masih seperti sekarang maka pelestarian gajah Sumatera di kawasan itu tidak akan terwujud.

"Pembukaan lahan di kawasan bentang alam Seblat akan berdampak dengan populasi gajah yang jumlahnya sedikit. Jika gajah di kawasan ini punah, maka kita akan menerima ancaman yang lebih besar yakni bencana alam,"  katanya.

Ali menambahkan, berdasarkan hasil analisis tutupan hutan di kawasan bentang alam seblat yang dilakukan Konsorsium Bentang Alam seblat, seluas 6.350 hektar hutan alami kawasan bentang alam seblat porak poranda dirambah. 

Konsorsium itu terdiri dari Kanopi Hijau Indonesia, Genesis Bengkulu, dan Lingkar Inisiatif Indonesia dalam kurun 2020-2022. 

Upaya pelestarian gajah Sumatera dengan populasi tidak lebih dari 50 ekor itu semakin sulit dilakukan. Ancaman keselamatan habitat gajah terus menerus terjadi. 

Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI), Dony Gunaryadi mengatakan, temuan ini menandakan upaya yang dilakukan dalam pelestarian gajah Sumatera kurang maksimal.

Gajah yang dipasang GPS Collar tersebut membantu mendeteksi konflik antara manusia dan gajah. Namun apa daya gajah tersebut mati di wilayahnya sendiri. 

Ia menambahkan, FKGI akan meminta keseriusan aparat berwenang untuk mengusut penyebab kematian gajah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Curi Motor dan Ponsel, Siswa SMA di Kupang Ditangkap Polisi

Curi Motor dan Ponsel, Siswa SMA di Kupang Ditangkap Polisi

Regional
Jelang Waisak, Vihara Maitreya Pangkalpinang Direnovasi

Jelang Waisak, Vihara Maitreya Pangkalpinang Direnovasi

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Regional
Pangdam Pattimura: Saya Akan Tindak Tegas Anggota yang Terlibat Politik

Pangdam Pattimura: Saya Akan Tindak Tegas Anggota yang Terlibat Politik

Regional
Pendaki yang Sulut “Flare” di Gunung Andong Terus Diburu, Polisi: Masih Penyelidikan

Pendaki yang Sulut “Flare” di Gunung Andong Terus Diburu, Polisi: Masih Penyelidikan

Regional
Dapat Suara Terbanyak, Abdullah Legawa Batal Jadi Anggota DPRD Purworejo 2024-2029

Dapat Suara Terbanyak, Abdullah Legawa Batal Jadi Anggota DPRD Purworejo 2024-2029

Regional
Jawa Tengah Masuki Musim Kemarau, Berikut Imbauan BMKG soal Ancaman Kekeringan...

Jawa Tengah Masuki Musim Kemarau, Berikut Imbauan BMKG soal Ancaman Kekeringan...

Regional
Tiga Kader PDI-P Ambil Formulir Pendaftaran Cabup Sukoharjo, Ada Etik Suryani, Agus Santoso, dan Danur Sri Wardana

Tiga Kader PDI-P Ambil Formulir Pendaftaran Cabup Sukoharjo, Ada Etik Suryani, Agus Santoso, dan Danur Sri Wardana

Regional
Kronologi Kaburnya Tahanan Lapas Klaten

Kronologi Kaburnya Tahanan Lapas Klaten

Regional
Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

Regional
Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Regional
Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Regional
Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com