Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Tak Masuk, Warga Miangas Kesulitan Berobat

Kompas.com - 12/09/2022, 19:45 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com- Warga di Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, ternyata masih mengalami kendala terkait transprotasi laut. Kapal yang masuk melayani di pulau terluar Indonesia ini ternyata membutuhkan beberapa hari untuk bersandar.

Hal ini menjadi kesulitan bagi warga yang sedang sakit dan perlu berobat. Bahkan, sudah ada korban jiwa yang jatuh akibat keterlambatan pelayanan kapal.

Baca juga: Nelayan Diadang Kapal Penjaga Pantai China yang Mondar-mandir di Laut Natuna

Hal ini diungkapkan Sekretaris Komisi III DPRD Sulawesi Utara Amir Liputo, saat rapat kerja dengan Dinas Perhubungan Sulawesi Utara.

"Saya merasa prihatin. Saya membaca berita dua minggu atau sebulan yang lalu di daerah Talaud itu, khususnya daerah perbatasan yaitu Miangas sudah hampir dua bulan ini satu-satunya kapal yang melayani perintis ke sana (Miangas) itu tidak lagi masuk karena dalam keadaan rusak," katanya.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, kondisi ini menyebabkan sulitnya masyarakat yang sakit untuk berobat keluar dari Miangas.

"Dan sudah ada korban jiwa yang jatuh. Sudah dua orang dalam keadaan kritis susah untuk dievakuasi ke ibu kota atau ke Melonguane dan Lirung (Talaud), bahkan di Tahuna (Sangihe)," ungkapnya.

Amir pun meminta penjelasan Dinas Perhubungan terkait bagaimana antisipasi hal seperti itu.

"Kalau dia (kapal perintis) rusak, semestinya Dinas Perhubungan coba kooridnasi dan harus ada kapal pengganti," sarannya.

Menurut dia, kajadian seperti ini tentu merusak citra Sulawesi Utara. Apalagi Sulawesi Utara masuk lima destinas super prioritas (DSP) wisata nasional.

"Bagaimana ini koordinasi Dinas Perhubungan? Apakah semua masalah dikembalikan kepada pak gubernur. Untuk apa ada dinas-dinas kalau semua pak gubernur yang dilibatkan. Lebih baik tidak usah ada SKPD, gubernur sandiri jo (sendiri saja)," sebut Amir.

Amir mengungkapkan, untuk berobat ke luar daerah, warga hanya berharap kalau ada kapal-kapal nelayan yang ada di situ.

Baca juga: Nelayan di Labuan Bajo Terluka Usai Tabrak Pelampung Lampu Suar, Kapal Rusak Parah

"Dulu kami pernah ke Kementerian Perhubungan memintakan supaya tidak hanya satu kali, tapi ada sumber prioritas kapal berkeliling daerah perbatasan ini. Sehingga masyarakat di perbatasan ini jangan sampai mereka ada di dalam peta tapi tidak ada dalam APBD dan APBN," paparnya.

"Mereka resmi terdaftar di wilayah Republik Indonesia tapi untuk mendapatkan transportasi kapal bagaikan mencari berlian di dalam lautan," sambung Amir.

Terkait hal ini, Stenly Patimbano salah satu Kepala Bidang Dinas Perhunungan Sulawesi Utara mengatakan, kapal perintis di Provinsi Sulawesi Utara ada lima unit.

"Pelabuhan pangkalannya dua di bitung, dan tiga ada di Tahuna melayani Nusa Utara. Pembiayaannya itu dari APBN melalui Kementerian Perhunungan," katanya.

Ia menyebut, kelemahan kapal-kapal perintis ini tidak disiapkan kapal pengganti.

"Jadi kalau ada docking mau tidak mau ini akan ada kekosongan pada lintasan yang ia layani," sebutnya.
Namun kini pihaknya telah mengubah pola pelayanan kapal, dalam waktu lima hari bisa terlayanan pada lintasan yang dilayani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

301 KK Warga Desa Laingpatehi dan Pumpente di Pulau Ruang Akan Direlokasi, Pemprov Sulut: Mereka Siap

Regional
Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Jumlah Siswa Tak Sebanding dengan Sekolah, Mbak Ita Akan Tambah 3 SMP pada 2025

Regional
Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Guru PPPK di Semarang Mengeluh Gaji Belum Cair, Wali Kota: Laporan Belum Masuk

Regional
3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

3 Eks Pegawai BP2MI Bandara Soekarno-Hatta Dituntut 1,5 Tahun Penjara

Regional
Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Saat Keluarga Dokter Wisnu Titip Surat untuk Presiden Jokowi, Minta Bantuan Pencarian

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Kejati Sumbar Panggil Bupati Solok Selatan

Regional
Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Mantan Walkot Tangerang Maju sebagai Calon Gubernur Banten

Regional
Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi se-Indonesia

Regional
Konten Judi 'Online' dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Konten Judi "Online" dan Hoaks Pemilu Terdeteksi, Kapolda Lampung: Akun Palsu Cari Keuntungan Trafik

Regional
Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Ditinggal Berkebun, Rumah Warga Kabupaten Semarang Ludes Terbakar

Regional
Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Jateng Mulai Kemarau Bulan Mei, Pemprov Antisipasi Risiko Kekeringan

Regional
Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Tingkatkan Kesejahteraan ASN-Pensiunan, Pemprov Sumut dan Taspen Sosialisasikan Program JKK hingga JKM

Regional
Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Guru di Pontianak yang Cabuli Siswinya hingga Hamil Divonis 12 Tahun Penjara

Regional
Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program 'Sekolah Sisan Ngaji'

Dukung Bupati Blora, FKDT Siap Laksanakan Program "Sekolah Sisan Ngaji"

Regional
Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Misteri Kematian Dimas di Kayong Utara, Polisi Pastikan Kecelakaan Tunggal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com