Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambut Peringatan UU Keistimewaan Yogyakarta, Para Seniman Kulon Progo Keliling Tabuh Gamelan

Kompas.com - 26/08/2022, 19:47 WIB
Dani Julius Zebua,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Puluhan seniman menabuh gamelan berkeliling jalan raya dari satu kecamatan ke kecamatan yang lain di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka bermain gamelan di atas kendaraan gandeng yang terbuka.

Para seniman beraksi dalam menyambut peringatan satu dasawarsa Undang-undang Keistimewaan DIY yang jatuh pada 31 Agustus mendatang. Selain itu, peringatan UU Keistimewaan Yogyakarta itu pula berada di bulan Agustus.

“Ini adalah saat-saat peringatan satu dasawarsa Undang-undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dan dalam rangka menyemarakkan HUT Proklamasi Ke-77 RI di Kulon Progo,” kata Kepala Dinas Pariwisata, Joko Mursito sebelum ikut membuka Parade Gamelan Nusantara di alun-alun Wates, Jumat (26/8/2022).

Baca juga: Rock Berpadu dengan Gamelan dan Kolintang di Rapsodia Nusantara, Andy /rif: Ini Nuansa Baru

Mereka menamai parade gamelan itu sebagai Gamelan on The Road. Parade diikuti 75 seniman dalam kendaraan besar yang berisi gamelan, kendang, hingga bedug. Mereka ada yang seniman karawitan hingga sinden atau penyanyi.

Seniman-seniman ini datang dari berbagai wilayah di Kulon Progo. Selain seniman, ikut terlibat personel TNI dan Polri sebagai penabuh tambur.

Mereka menabuh sepanjang perjalanan berkeliling pada 26-27 Agustus 2022. Musik gamelan berkumandang menyusuri sepanjang jalan. Parade di hari ini berlangsung sejauh 50 kilometer.

Iring-iringan empat kendaraan besar karawitan ini diikuti oleh iringan mobil jip berhiaskan bendera merah putih. Mobil tersebut merupakan jip wisata pelaku wisata Kulon Progo.

Perjalanan hari pertama, parade gamelan akan melintasi jalan protokol kawasan Selatan Kulon Progo. Parade gamelan aman melanjutkan pada kawasan Utara Kulon Progo pada hari berikutnya.

Mereka membawakan dua gendhing atau nyanyian sepanjang parade, yakni gendhing 'Cahyaning Kaistimewan' dan gendhing 'Jogja Istimewa'.

Baca juga: Mengenal Bedug Kiai Wahyu Tengara Masjid Agung Surakarta, Dibuat Masa PB X Berawal dari Tradisi Gamelan sebagai Penanda Waktu Shalat

Parade diselenggarakan sebagai ajang pemanasan menyambut Hari Jadi Kulon Progo pada Oktober. Karena semua alasan itu, dipilihlah gamelan sebagai warisan budaya khas Nusantara, khususnya di DIY.

“Gamelan menjadi bagian atau simbol budaya masyarakat Jogja, kita tahu kelompok-kelompok gamelan sangat banyak,” kata Joko.

Parade gamelan memberi hiburan bagi masyarakat yang sudah lama terkungkung dalam pembatasan pandemi Covid-19. Warga pun berbondong datang menonton pertunjukan jalanan itu.

Penjabat Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana mengungkapkan, gelaran itu gambaran semangat melestarikan dan mensosialisasikan seni budaya gamelan. Seniman mengemas lebih bagus dan semakin menarik masyarakat.

“Kebudayaan menjadi akar keistimewaan kita, mudah-mudahan dengan Gamelan On The Road kita dapat lebih istimewa dan menyinari Indonesia dari Yogyakarta yang istimewa ini," kata Bupati Tri Saktiyana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com