Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gamelan Sekaten Surakarta, Gamelan yang Dibunyikan Selama 7 Hari

Kompas.com - 10/03/2022, 05:45 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Gamelan Sekaten merupakan perangkat gamelan yang dibunyikan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Sekaten merupakan upacara tradisional yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Upacara Sekaten diselenggarakan secara periodik satu tahun sekali, yaitu setiap 5 sampai 11 Rabiul Awal (dalam kalender Jawa disebut Mulud).

Upacara akan ditutup pada tanggal 12 Rabi'ul Awal dengan menyelenggarakan Garebeg Maulud.

Gamelan Sekaten di Surakarta

Perayaan Sekaten di Surakarta diselenggarakan selama tujuh hari.

Sekaten berasal dari kata syahadatain, yang berarti dua kalimat syahadat.

Secara simbolik, dua kalimat syahadat tersebut direpresentasikan dalam dua perangkat gamelan Sekaten, yaitu Kanjeng Kyai Guntur Sari dan Kanjeng Kyai Guntur Madu yang ditabuh secara bergantian. Gamelan ini dibunyikan selama tujuh hari.

Baca juga: Sejarah Gamelan Bali, Cara Memainkan, Fungsi, dan Suara yang Dihasilkan

Dua pengakat tersebut ditempatkan di tempat yag berbeda, yaitu di Bangsal Pradangga Kidul dan Bangsal Pradangga Lor yang keduanya terletak di halaman Masjid Agung di kawasan Keraton Surakarta.

Anatomi gendhing sekaten secara lengkap terdiri dari racikan, umpak, gendhing (lagu pokok), dan suwukan.

Racikan merupakan komposisi musikal yang merupakan pengenalan dalam setiap gendhing Sekaten.

Umpak adalah potongan melodi yang digunakan sebagai jembatan dari racikan menuju lagu pokok.

Sedangkan, suwukan merupakan melodi pendek yang khusus dibunyikan saat gendhing akan berhenti.

Abdi dalem keraton tabuh Gamelan di Solo, Kamis (17/12/2015).KOMPAS.COM/ M Wismabrata Abdi dalem keraton tabuh Gamelan di Solo, Kamis (17/12/2015).

Racikan ini diekspresikan pengrawit (musisi) menggunakan instrumen bonang dengan serangkaian melodi. Sementara, instrument lain memberikan keserempakan bunyi dengan nada yang sama.

Baca juga: Sejarah, Fungsi, dan Jumlah Alat Gamelan Jawa

Penyajian gending yang berpasangan merupakan penerapan konsep budaya Jawa, yaitu keseimbangan hidup.

Dalam budaya Jawa, keseimbagan penting karena erat kaitannya dengan citra nilai-nilai estika dan estetika budaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com