Startegi yang sama juga dilakukan para penjuang di Tanjakan Gombel, bom dipasang dan akses jalan dirusak.
"Akhirnya tentara Belanda yang lewat Gombel juga kembali memutar dan mengambil jalur di wilayah Gunungpati," tuturnya.
Baca juga: HUT Ke-77 RI di Tengah Laut, Cerita Petugas Pengibar Bendera dan Peserta Termuda
Usaha para pejuang tak terbuang sia-sia. Jembatan Kali Garang dan Tanjakan Gombel menjadi lahan pertempuran yang efektif bagi gerilyawan kemerdekaan.
Nursahit berpendapat, andai saja saat itu pasukan Belanda berhasil melintas di dua lokasi tersebut keselamatan Presiden Soekarno bakal terancam.
"Presiden Soekarno dan Yogyakarta bakal terancam andai saja bisa lewat," ungkapnya.
Setalah dua jalur tersebut dirusak, perjuangan para pejuang kemerdekaan tak selesai. Mereka masih berjuang menghadapi pasukan Belanda yang berdatangan.
Kurang lebih, sekitar dua tahun dua tempat tersebut menjadi lahan pertempuran demi menjaga kemerdekaan Indonesia.
"Tempat tersebut cukup strategis untuk menahan Belanda. Kita juga lebih tau medan," imbuhnya.
Baca juga: Cerita Eks Napiter Pernah Bentuk Neo Jamaah Islamiyah untuk Luruskan Pemahaman Terorisme
Hingga akhirnya, pada November 1949 tugas Nursahit selesai. Tentara Belanda telah menyerah dan mengakui kedaulatan kemerdekaan Indonesia.
"Setelah digelar Konferensi Meja Bundar November 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia," kata dia.
Setelah itu, dua jalur yang sempat dirusak itu kembali dibangun seperti semula. Pada 1950 Nursahit secara resmi masuk menjadi kesatuan TNI.
"Dua jalur tadi memang berperan banyak dalam perjuangan," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.