"Karena anak itu resiliansi atau ke dianya bisa menyeleksi lingkungan. Misal oh ini begini, gak benar, lingkungan bully orang-orangnya dan akan dijauhin. Juga, misal lihat sikapnya suka ngejek, suka ngomongin orang lain, itu akan dijauhin," tutur dia.
"Hindari dan jangan terjerat di siklus anak yang teman-teman mainnya kental dengan pembullyan. Jauhkan saja anak di lingkungan itu. Saya banyak banget klien seperti ini (korban bully)," tutur dia.
Lantas bagaimana jika orangtua mengetahui jika anaknya menjad korban bullying?
Rikha mengungkapkan, segera investigasi. Fokus ke anaknya untuk menggali kejadiannya seperti apa selama bergaul dengan temannya.
Setelah itu, berikan pemahaman agar anak percaya diri dan segera menjauhkan anak dari lingkungan temannya yang akrab dengan bully.
"Langsung fokus ke anak, berikan pemahaman kepercayaan diri supaya gak takut gak punya teman lagi. Jauhkan di circle temannya itu. Soalnya, sekarang banyak anak sudah tahu bahwa di lingkungan temannya sudah gak benar, tapi masih ikut karena gak mau kehilangan teman," beber Rikha.
Kemudian, jika anak sudah mengalami kendala akut bullying seperti gejalanya sering menyendiri, pendiam, melamun atau bahkan tak mau makan dan minum apalagi depresi, segera tindak lanjut ke dokter, psikiater, atau psikolog.
Apalagi kalau sikap bullying teman-temannya sudah keterlaluan segera melaporkan kejadian itu ke pihak berwenang.
"Terpenting adalah orangtua berikan sikap rasa cinta percaya diri yang kuat kepada anak dalam masa pertumbuhan pergaulannya," pungkas dia.
Sebelumnya, seorang bocah umur 11 tahun kelas 5 SD di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, dipaksa teman-temannya menyetubuhi kucing sembari direkam pakai ponsel sepekan lalu.
Akibat rekaman itu disebarkan teman-temannya, korban menjadi depresi tidak mau makan dan minum sampai kemudian meninggal dunia saat dirawat di rumah sakit pada Minggu (18/7/2022).
Selain menjadi korban perundungan selama masih hidup, bocah itu diketahui kerap dipukuli oleh teman-teman bermainnya selama ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.