Karena keterbatasan ekonomi, ibunya dibawa pulang ke rumah dan menjalani perawatan di rumahnya terletak di Tegalpanggung, Kota Yogyakarta.
Tak sanggup menahan rasa sakit yang berkepanjangan, sang ibu dari bocah itu menghembuskan napas terakhirnya.
"Sekarang sudah meninggal. Fokus saya waktu itu dua yaitu membujuk Akbar tetap sekolah sama nutup biaya operasi ibunya," kata Aipda Dwi, Jumat (1/7/2022).
Kata Cip, setelah ibunya meninggal, Akbar pun tidak mau sekolah sampai akhirnya Cip pun membujuknya dan ia pun mau bersekolah dan menjalani wisuda purna siswa SD Widoro.
"Entah dia spontan apa bagaimana, tiba-tiba Akbar datang ke saya. Dia membasuh kaki saya. Karena walinya gak ada. Ibunya meninggal, ayahnya serabutan di luar kota. Saya ikut menangis saat itu," terang dia.
Baca juga: Kisah Aipda Dwi Cahyo yang Viral karena Menangis Saat Kakinya Dibasuh Anak SD
Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Sidoarjo Kombes Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan, saat beraksi, JO menyamar dengan memakai atribut ojek online (ojol) supaya korban tidak curiga.
"Pelaku penembakan mengenakan atribut ojol berwarna hijau sehingga bisa leluasa mendekati posisi korbannya," ujarnya, Jumat (1/7/2022) malam.
Kata Kusumo, dalam melakukan aksinya, JO dijanjikan oleh pelaku utama PE dengan upanya Rp 100 juta untuk membunuh korban.
JO, sambung Kusumo, mengaku disuruh pelaku utama PE yang dilanda cemburu karena korban pernah menggoda istrinya.
"Istri PE pernah digoda oleh korban enam tahun lalu," ujarnya.
Saat melakukan aksinya, kata Kusumo, pelaku mengenakan atribut ojek online (ojol) agar targetnya tidak curiga.
"Pelaku penembakan mengenakan atribut ojol berwarna hijau sehingga bisa leluasa mendekati posisi korbannya," ujarnya.
Tiga orang korban erupsi Gunung Semeru asal Desa Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berjalan kaki dari desanya menuju Jakarta.