Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Aipda Dwi Cahyo Menangis Saat Kakinya Dibasuh Anak SD | Juragan Barang Bekas Tewas Ditembak

KOMPAS.com - Berita kisah Aipda Dwi Cahya menangis saat kakinya dibasuh anak sekolah dasar (SD) menjadi perhatian publik.

Diketahui, Apida Dwi Cahyo merupakan Bhabinkamtibmas Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta.

Sementara siswa SD yang membasuh kakinya adalah Akbar Eka Riyadi Santoso, siswa SD Widoro, Tegalpanggung.

Video Dwi Cahyo menangis saat kakinya dibasuh Akbar pun viral di media sosial.

Momen haru itu terjadi saat Aipda Dwi Cahyo datang ke Wisuda siswa-siswa SD Widoro.

Dwi Cahyo datang ke sekolah itu sebagai wali dari Akbar, karena ibu bocah SD itu meninggal dan sang ayah bekerja serabutan di luar kota.

Sementara itu, seorang juragan barang bekas di Sidoarjo, Jawa Timur, tewas ditembak.

Penembakan terhadap juragan barang bekas itu terjadi di jembatan layang Desa Tenggulunan, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Senin (27/6/2022) malam.

Setelah dua hari menjalani perawatan akibat luka tembak di leher dan dan dana, korban akhirnya meninggal dunia pada Rabu (29/6/2022).

Setelah melakukan penyelidikan dan penyidikan, polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku yakni berinisial JO.

Kepada polisi, JO mengaku menembak korban atas perintah PE dan dijanjikan akan dibayar Rp 100 juta.

Berikut populer nusantara selengkapnya:

Dwi Cahyo mengatakan, ia kenal dengan Akbar saat ibunya sakit.

Saat bertemu dengan Pak Cip, sapaan Dwi Cahyo, Akbar Eka tidak mau sekolah karena sang ibu, Siti Sulasiah sakit parah. Sang ibu pun dirawat di RS karena sakit ginjal.

Karena keterbatasan ekonomi, ibunya dibawa pulang ke rumah dan menjalani perawatan di rumahnya terletak di Tegalpanggung, Kota Yogyakarta.

Tak sanggup menahan rasa sakit yang berkepanjangan, sang ibu dari bocah itu menghembuskan napas terakhirnya.

"Sekarang sudah meninggal. Fokus saya waktu itu dua yaitu membujuk Akbar tetap sekolah sama nutup biaya operasi ibunya," kata Aipda Dwi, Jumat (1/7/2022).

Kata Cip, setelah ibunya meninggal, Akbar pun tidak mau sekolah sampai akhirnya Cip pun membujuknya dan ia pun mau bersekolah dan menjalani wisuda purna siswa SD Widoro.

"Entah dia spontan apa bagaimana, tiba-tiba Akbar datang ke saya. Dia membasuh kaki saya. Karena walinya gak ada. Ibunya meninggal, ayahnya serabutan di luar kota. Saya ikut menangis saat itu," terang dia.

 

Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Sidoarjo Kombes Kusumo Wahyu Bintoro mengatakan, saat beraksi, JO menyamar dengan memakai atribut ojek online (ojol) supaya korban tidak curiga.

"Pelaku penembakan mengenakan atribut ojol berwarna hijau sehingga bisa leluasa mendekati posisi korbannya," ujarnya, Jumat (1/7/2022) malam.

Kata Kusumo, dalam melakukan aksinya, JO dijanjikan oleh pelaku utama PE dengan upanya Rp 100 juta untuk membunuh korban.

JO, sambung Kusumo, mengaku disuruh pelaku utama PE yang dilanda cemburu karena korban pernah menggoda istrinya.

"Istri PE pernah digoda oleh korban enam tahun lalu," ujarnya.

Saat melakukan aksinya, kata Kusumo, pelaku mengenakan atribut ojek online (ojol) agar targetnya tidak curiga.

"Pelaku penembakan mengenakan atribut ojol berwarna hijau sehingga bisa leluasa mendekati posisi korbannya," ujarnya.

 

Tiga orang korban erupsi Gunung Semeru asal Desa Sumberwuluh, Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berjalan kaki dari desanya menuju Jakarta.

Ketiga orang yang terdiri atas Nor Holik (41), Pangat (52), dan Masbud (36) ini akan menemui Presiden Jokowi agar menghentikan kegiatan penambangan pasir di Sungai Regoyo yang melintas di desanya. Ketiganya memulai jalan kaki sejak (21/6/2022) lalu.

Perjalanan mereka menuju ke Jakarta untuk menemuia Jokowi ternyata tidak semulus yang diharapkan.

Holik mengatakan, sempat mendapat ancaman akan ditabrak oleh seseorang usai singgah di Yogyakarta, Rabu (29/6/2022).

"Teman telepon katanya 'hati-hati jangan kirim video dan foto karena sampeyan akan ditabrak lari'," kata Holik saat singgah di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (1/6/2022).

Mendapat ancaman itu, kata Holik, sempat terbesit di pikiran mereka untuk menghentikan perjalanan ke Jakarta.

Namun, mereka memutuskan untuk melanjutkannya lagi.

"Sempat kepikiran (menghentikan niat jalan kaki ke Jakarta) karena teman saya menerima informasi ada teror dari Lumajang," ujarnya.

 

Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan Bus Primajasa dan truk pengakut ayam terjadi di Km 92 Tol Cipali, Minggu (3/7/2022).

Akibat kecelakaan itu, dua orang penumpang Bus Primajasa meninggal dunia.

Selain korban meninggal, terdapat satu korban luka berat dan 12 luka ringan.

"Petugas layanan keselamatan ASTRA Tol Cipali dengan sigap mengevakuasi 12 orang korban luka ringan, 1 orang korban luka berat dan 2 korban meninggal dunia ke RS Radjak Hospital Purwakarta," kata Kepala Divisi Operasi Astra Tol Cipali, Sri Mulyo, dikutip dari TribunJabar.id.

 

Sebanyak 46 warga negara Indonesia (WNI) calon haji furoda alias orang yang berhaji lewat kuota undangan Raja Arab Saudi dideportasi dari Tanah Suci karena masalah visa.

Mereka dipulangkan karena menggunakan jasa dari perusahaan travel bernama PT Alfatih Indonesia Travel yang tidak terdaftar di Kementerian Agama (Kemenag) RI.

Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) KBB Didin Saepudin mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengumpulkan data-data terkait informasi tersebut.

Kata Didin, Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) yang berangkat melalui Kemenag KBB merupakan mitra penyelenggaraan haji yang memiliki izin resmi dari Kemenag.

"Kalau yang dikelola Kemenag itu pastinya KBIHU yang sudah berizin. Nah apalagi itu (PT Alfatih Indonesia Travel) tidak terdaftar di Kemenag pusat, jadi itu di luar kewenangan kami," kata Didin saat dihubungi, Minggu (3/7/2022).

 

Sumber: KOMPAS.com (Penulis: Bagus Puji Panuntun | Editor : Rachmawati, Reza Kurniawan, Reni Susanti)

https://regional.kompas.com/read/2022/07/04/074002478/populer-nusantara-aipda-dwi-cahyo-menangis-saat-kakinya-dibasuh-anak-sd

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke