Meski pandemi, tak menyurutkan Bripka Sutrisno menyampaikan pesan-pesan kamtibmas dalam pertunjukan wayang kulit. Selama pandemi berlangsung, Bripka Sutrisno beberapa kali tampil sebagai dalang dalam berbagai lakon yang ditampikan secara virtual.
“Selama pandemi, pentas wayang kulit di lapangan tidak diperbolehkan. Pertunjukan sangat terbatas sekali. Jadi untuk mengobati kerinduan masyarakat menonton wayang kulit, saya gelar pentas wayang kulit virtual yang dapat disaksikan melalui YouTube,” jelas Sutrisno.
Meski pentas wayang kulit dengan model virtual, Sutrisno sebagai selaku dalang dan Bhabinkamtibas tak lupa menyampaikan pesan-pesan kamtibmasnya.
Putra pasangan Wanto Harjono dan Sumini ini tetap menyampaikan pesan-pesan kamtibmas khususnya seperti meminta warga tak kendor menerapkan prokes karena pandemi belum berakhir.
“Ketika masyarakat rindu pertunjukan wayang kulit kita masukkin sosialisasi baik itu kamtibmas maupun apa yang trending saat ini. Seperti saat pandemi, kami gencar sosialisasi agar masyarakat disiplin menerapkan prokes,” tutur Sutrisno.
Untuk melestarikan seni dan budaya wayang kulit, bapak empat anak ini juga mengajar dalang wayang dari tingkat SD hingga SMA.
Baca juga: Cerita Polisi Jadi Ninja Hattori Saat Cari Kebun Ganja di Aceh, Mendaki Gunung Lewati Lembah
Tak hanya itu, di wilayah kerjanya, bapak dari Rio Dimas, Kirania Dwi, Raditya Titan dan Adriano Delon ini juga mengajar seni karawitan bagi SMP dan SMA yang memliki alat gamelan. Selain itu, ia juga mengajar seni karawitan di desa lantaran memliki alat gamelan sendiri.
Bila tak sedang manggung di pagelaran wayang kulit, Bripka Sutrisno sering mengenakan blangkon (topi adat jawa) saat memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Harapannya dengan simbol budaya itu, masyarakat lebih dekat dan mudah memahami pesan kamtibmas yang dia sampaikan.
Bagi Bripka Sutrisno, mejadi dalang dalam seni pertunjukkan wayang kulit menjadi salah satu caranya untuk menjaga budaya warisan leluhur. Terlebih, wayang kulit sudah diakui Unesco sebagai budaya leluhur milik Indonesia.
“Dengan cara ini wayang bisa tetap lestari di tengah masyarakat. Dan lewat wayang pesan-pesan kamtibmas bisa kami sampaikan secara humanis kepada masyarakat,” kata Sutrisno.
Baca juga: Cerita Polisi di Riau Gagalkan Aksi Jambret, Tabrak Motor Penjambret hingga Jatuh dan Terluka
Kecintaan Bripka Sutrisno terhadap seni wayang kulit rupanya sudah dirasakan sejak kecil. Namun ia mulai menekuni menjadi dalang wayang kulit sejak tiga tahun lalu.
Sebelum bergelut di dunia wayang kulit, Bripka Sutrisno rupanya sering menjadi pemandu acara dalam seni campur sari di suatu hajatan warga. Untuk membawakan acara campur sari, Sutrisno mengemas dengan gaya khasnya dalam bentuk pewayangan.
Dengan ciri khasnya itu, banyak warga menyarankan agar Sutrisno mendalami dunia pewayangan menjadi seorang dalang. Untuk terjun dunia di sana, Bripka Sutrisno memilih belajar langsung kepada sang maestro dalang ternama di Nusantara yakni Ki Anom Suroto.
“Dari situ banyak masyarakat yang suka. Kemudian saya ia berlajar sulukan ke adiknya Pak Anom Suroto lalu dikenalkan langsung dengan beliau (Ki Anom Suroto). Setelah diuji dengan satu sulukan oleh beliau disampaikan bahwa suara kami sama,” tutur Sutrisno.
Lantaran berbakat, Sutrisno menjadi anak angkat Ki Anom Suroto. Tak hanya itu, Ki Anom Suroto juga memberikan nama panggung bagi Sutrisno dengan tambahan Anom. Dengan demikian di dunia pewayang kulit, Sutrisno dikenal dengan sebutan Anom Sutrisno.