Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bripka Sutrisno Jadi Dalang Wayang Kulit, Sampaikan Pesan Cegah Meluasnya PMK di Wonogiri

Kompas.com - 13/06/2022, 07:26 WIB
Muhlis Al Alawi,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

WONOGIRI, KOMPAS.com - Bertugas sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di pelosok pedesaan di Wonogiri, Jawa Tengah tidaklah mudah. Terlebih, Wonogiri dikenal sebagai daerah yang punya topografi bergunung-gunung.

Agar pesan kamtibmas dapat mudah dipahami dan diingat, Bripka Sutrisno, Bhabinkamtibas Sumberejo, Polsek Wuryantoro-Polres Wonogiri memiliki cara unik.

Pria kelahiran Klaten, 12 Januari 1981 ini menggunakan pendekatan seni dan budaya sebagai dalang wayang kulit agar masyarakat tertarik untuk mendengar pesan-pesan yang disampaikan.

Baca juga: Embung Imogiri 1 di Yogyakarta yang Unik Berbentuk Gunungan Wayang

Apalagi, pagelaran seni wayang kulit yang dibawakan seorang dalang menjadi salah satu tontonan favorit warga pedesaan di Wonogiri. Meski durasi pagelaran dari malam hingga pagi hari, ribuan penonton tetap setia menonton hingga pertunjukkan itu usai.

Saat berada di pentas wayang kulit, Bripka Sutrisno tak lupa menyelipkan pesan-pesan kamtibmas yang hangat menjadi pembicaraan publik, seperti disiplin menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi dan tidak memasang knalpot brong pada kendaraan.

Terakhir, suami Anggraini Wulansari ini gencar menyosialisasikan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak.

“Saat pesan-pesan kamtibmas itu saya sampaikan selaku dalang pada pertunjukan wayang kulit, masyarakat mudah memahami dan mengingat. Untuk itu saat menjadi dalang, saya selalu menyelipkannya,” ujar Sutrisno kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2022).

Untuk menyampaikan pesan-pesan kamtibmas terkait PMK, Sutrisno menampilkan sosok punakawan dalam sesi cerita pertunjukan wayang kulitnya. Saat itu punakawan berkumpul di suatu tempat.

Tak berapa lama kemudian, tokoh Bagong ini sebagai anak yang paling kecil dan memiliki pengetahuan bercerita saat ini banyak hewan ternak di Indonesia yang terserang PMK.

Baca juga: Cerita Polisi yang Sering Tangkap Pelaku Tawuran: Wajah Garang Mereka Hilang seperti Kapas Kena Embun

“Lalu gareng menanyakan ciri-ciri PMK. Kemudian, Bagong menjawab ciri-cirinya seperti belakang telinga hewan ternak panas, hidungnya meler cairan, mulut dan kakinya pecah-pecah,” cerita Sutrisno yang sudah manggung di berbagai daerah.

Tak berhenti di situ, Gareng lalu menanyakan apa yang dilakukan bila mengetahui hewan ternaknya mengalami ciri-ciri terkena PMK.

Seketika Bagong menjawab hewan ternak yang terserang PMK maka pemiliknya harus segera menghubungi petugas Dinas Peternakan terdekat untuk mendapat pengobatan. Jadi, hewan ternak yang terserang PMK dapat disembuhkan dan tidak menular ke hewan lainnya.

Pesan kamtibmas lain yakni agar warga tidak memasang knalpot brong pada kendaraan bermotor.

Selain menimbulkan suara bising bagi pengguna jalan yang lain, knalpot brong dapat membahayakan pagi pengemudinya sendiri.

Pasalnya, acapkali pengendara sepeda motor berknalpot brong melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi sehingga berpotensi mengalami kecelakaan.

Baca juga: Cerita Polisi Bantu Pasien Kanker Terjebak Macet di Kalihurip Saat Hendak Kemoterapi

 KENAKAN BLANGKON-Untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, Bripka Sutrisno mengenakan blangkon (topi adat jawa) saat menyampaikan pesan kamtibmas terkait penyakit mulut dan kuku kepada peternak di Kabupaten Wonogiri. KOMPAS.COM/Dokumentasi Bripka Sutrisno KENAKAN BLANGKON-Untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, Bripka Sutrisno mengenakan blangkon (topi adat jawa) saat menyampaikan pesan kamtibmas terkait penyakit mulut dan kuku kepada peternak di Kabupaten Wonogiri.

Pentas virtual

Meski pandemi, tak menyurutkan Bripka Sutrisno menyampaikan pesan-pesan kamtibmas dalam pertunjukan wayang kulit. Selama pandemi berlangsung, Bripka Sutrisno beberapa kali tampil sebagai dalang dalam berbagai lakon yang ditampikan secara virtual.

“Selama pandemi, pentas wayang kulit di lapangan tidak diperbolehkan. Pertunjukan sangat terbatas sekali. Jadi untuk mengobati kerinduan masyarakat menonton wayang kulit, saya gelar pentas wayang kulit virtual yang dapat disaksikan melalui YouTube,” jelas Sutrisno.

Meski pentas wayang kulit dengan model virtual, Sutrisno sebagai selaku dalang dan Bhabinkamtibas tak lupa menyampaikan pesan-pesan kamtibmasnya.

Putra pasangan Wanto Harjono dan Sumini ini tetap menyampaikan pesan-pesan kamtibmas khususnya seperti meminta warga tak kendor menerapkan prokes karena pandemi belum berakhir.

“Ketika masyarakat rindu pertunjukan wayang kulit kita masukkin sosialisasi baik itu kamtibmas maupun apa yang trending saat ini. Seperti saat pandemi, kami gencar sosialisasi agar masyarakat disiplin menerapkan prokes,” tutur Sutrisno.

Untuk melestarikan seni dan budaya wayang kulit, bapak empat anak ini juga mengajar dalang wayang dari tingkat SD hingga SMA.

Baca juga: Cerita Polisi Jadi Ninja Hattori Saat Cari Kebun Ganja di Aceh, Mendaki Gunung Lewati Lembah

Tak hanya itu, di wilayah kerjanya, bapak dari Rio Dimas, Kirania Dwi, Raditya Titan dan Adriano Delon ini juga mengajar seni karawitan bagi SMP dan SMA yang memliki alat gamelan. Selain itu, ia juga mengajar seni karawitan di desa lantaran memliki alat gamelan sendiri.

Bila tak sedang manggung di pagelaran wayang kulit, Bripka Sutrisno sering mengenakan blangkon (topi adat jawa) saat memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Harapannya dengan simbol budaya itu, masyarakat lebih dekat dan mudah memahami pesan kamtibmas yang dia sampaikan.

Bagi Bripka Sutrisno, mejadi dalang dalam seni pertunjukkan wayang kulit menjadi salah satu caranya untuk menjaga budaya warisan leluhur. Terlebih, wayang kulit sudah diakui Unesco sebagai budaya leluhur milik Indonesia.

“Dengan cara ini wayang bisa tetap lestari di tengah masyarakat. Dan lewat wayang pesan-pesan kamtibmas bisa kami sampaikan secara humanis kepada masyarakat,” kata Sutrisno.

Baca juga: Cerita Polisi di Riau Gagalkan Aksi Jambret, Tabrak Motor Penjambret hingga Jatuh dan Terluka

Belajar dari maestro handal Ki Anom Suroto

Kecintaan Bripka Sutrisno terhadap seni wayang kulit rupanya sudah dirasakan sejak kecil. Namun ia mulai menekuni menjadi dalang wayang kulit sejak tiga tahun lalu.

Sebelum bergelut di dunia wayang kulit, Bripka Sutrisno rupanya sering menjadi pemandu acara dalam seni campur sari di suatu hajatan warga. Untuk membawakan acara campur sari, Sutrisno mengemas dengan gaya khasnya dalam bentuk pewayangan.

Dengan ciri khasnya itu, banyak warga menyarankan agar Sutrisno mendalami dunia pewayangan menjadi seorang dalang. Untuk terjun dunia di sana, Bripka Sutrisno memilih belajar langsung kepada sang maestro dalang ternama di Nusantara yakni Ki Anom Suroto.

“Dari situ banyak masyarakat yang suka. Kemudian saya ia berlajar sulukan ke adiknya Pak Anom Suroto lalu dikenalkan langsung dengan beliau (Ki Anom Suroto). Setelah diuji dengan satu sulukan oleh beliau disampaikan bahwa suara kami sama,” tutur Sutrisno.

Lantaran berbakat, Sutrisno menjadi anak angkat Ki Anom Suroto. Tak hanya itu, Ki Anom Suroto juga memberikan nama panggung bagi Sutrisno dengan tambahan Anom. Dengan demikian di dunia pewayang kulit, Sutrisno dikenal dengan sebutan Anom Sutrisno.

Menurut Sutrisno, saat memberi tambahan nama Anom, Ki Anom Suroto bercerita awal mulanya namanya hanya Suroto.

Namun saat main wayang di Surabaya di Polresta Surabaya,seorang perwira polisi memberikan nama tambahan depannya dari Suroto menjadi Anom Suroto.

“Waktu saat disiarkan disebut namanya menjadi Anom Suroto kemudian namanya tambah tenar. Kemudian bapak ( Ki Anom Suroto) berpikir nama Anom itu berasal tambahan dari polisi. Untuk itu nama itu (Anom) dikembalikan kepada anggota polisi juga,” tutur Sutrisno.

Baca juga: Cerita Polisi di Bali Tipu Petani, Janjikan Jadi PNS Asal Bayar Rp 350 Juta

MANGGUNG-Bripka Anom Sutrisno sementara manggung sebagai dalang wayang kulit secara virualKOMPAS.COM/Dokumentasi Bripka Sutrisno MANGGUNG-Bripka Anom Sutrisno sementara manggung sebagai dalang wayang kulit secara virual

Untuk menyematkan itu, awalnya ia ragu. Pasalnya, anak kandung Ki Anom Suroto saja tidak mau menyematkan nama Anom pada nama depannya. Alasannya, anak-anak Anom Suroto ingin berdiri sendiri dan tidak ingin mendompleng nama besar bapaknya.

Agar tak terjadi salah paham, ia meminta izin kepada anak-anak Anom Suroto untuk memakai nama depan Anom sebagai dalang wayang.

Anak-anak Anom Suroto lalu menyampaikan penyematan nama depan Anom menjadi berkah bagi dirinya. “Keluarga lalu meminta untuk segera memakainnya dan menggelar syukuran atas nama tersebut,” kata Sutrisno.

Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto memberikan apresiasi terhadap inovasi yang dilakukan Bripka Sutrisno. Menurut Dydit, inovasi yang dilakukan Bripka Sutrisno menjadikan wayang kulit sebagai media sosialisasi pesan kamtibmas sangat mengena di hati masyarakat.

"Saya berharap inovasi yang dibuat Bripka Sutrisno dapat menginspirasi anggota lain dalam melaksanakan tugas -tugasnya sebagai anggota Polri," demikian Dydit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

Regional
Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Regional
Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Regional
7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

Regional
Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Regional
Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Sebelum Mutilasi Istrinya, Tarsum Sempat Titipkan Anak dan Ingin Merantau ke Kalimantan

Regional
Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Banjir di Sulsel Tewaskan Belasan Orang, Mitigasi Risiko Dipertanyakan

Regional
Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Viral, Video Polisi Razia Kosmetik di Sekolah, Polda Lampung Sebut Misinformasi

Regional
Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Seorang Pria Hilang Diterkam Buaya di Sungai Bele NTT, Tim SAR Lakukan Pencarian

Regional
Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Terdampak Kasus Timah, 2 Pabrik Sawit di Babel Berhenti Operasional

Regional
Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Warga Aceh Utara Diduga Tewas Dianiaya Polisi, Wakapolres: Tidak Ada Pemukulan

Regional
Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Kasus Pembunuhan di Sukabumi, Pelaku Mengaku Membela Diri karena Dipaksa Berhubungan Badan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com