Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Jadi Ancaman, Mungkinkah Kejahatan Seksual Dicegah?

Kompas.com - 09/06/2022, 06:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Seorang remaja berusia 13 tahun diduga menjadi korban pencabulan seorang kakek berinisial TN (62), warga Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Polisi segera menangkap pelaku usai menerima laporan dari keluarga korban.

"Ibu korban mengecek handphone milik korban dan mendapati percakapan mencurigakan di WhatsApp, bahwa terduga pelaku mengajak korban untuk bertemu," jelas Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Jules Abraham Abast, Rabu (8/6/2022).

Dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku mengaku telah mencabuli korban sejak Januari hingga Juni 2022.

Baca juga: Mengapa Kejahatan Seksual Anak Terjadi di Lingkungan Terdekat?

Bagaimana kejahatan seksual terjadi?

Pakar psikolog forensik di Yogyakarta Kombes Pol Arif Nurcahyo menjelaskan, kejahatan seksual adalah kejahatan serius dan khas.

Kejahatan seksual bisa terjadi kapan saja, di mana saja dan oleh siapa saja.

"Artinya siapapun bisa menjadi pelaku atau korban dan lebih dari satu (baik pelaku maupun korban).

Lalu, terjadinya kasus kejahatan seksual itu sendiri tak lepas dari relasi kuasa korban dan pelaku.

Baca juga: Lansia 62 Tahun Berulang Kali Cabuli Bocah 13 Tahun, Diketahui Orangtua Lewat Pesan WhatsApp

"Pemerkosaan (kejahatan seksual) terkait dengan kuasa yang tidak seimbang berupa serangan dan pemaksaan seksual secara sepihak sehingga orang lain menjadi obyek pemuas. Akibatnya, korban mengalami kerugian psikofisik paling dasar berupa mimpi buruk (trauma) sepanjang hidup," katanya kepada Kompas.com.

Mencegah kejahatan seksual

IlustrasiThinkstockphotos.com Ilustrasi

Menurut Kombes Yoyok, sapaan akrabnya, salah satu cara mencegah terjadinya kejahatan seksual adalah memberikan pendidikan seksual sejak dini.

Alasannya, seks memiliki sensasi psikofisis yang kuat dan melekat dalam alam bawah sadar dan ini berpotensi menimbulkan persoalan traumatis, direpres (dipendam) dan bersifat adiktif.

"Sehingga ketika dalam usia perkembangan tertentu seseorang secara sengaja atau tidak sengaja memiliki pengalaman seksual (melihat atau terlibat) berpotensi terjadi peristiwa traumatis yang sewaktu-waktu bisa muncul kembali atau mengubah cara pandang dalam memaknai soal seks. Bahkan bisa mengubah pd orientasi seksual tertentu," ulasnya.

Untuk itu, katanya, kesadaran untuk merawat dan memaknai alat reproduksi secara benar termasuk mengenal risiko bisa terwujud dalam proses pendidikan seks.

Lalu, dalam prosesnya anak-anak akan terbuka dan dan tak malu untuk membicarakan seks.

"Dengan itu anak akan menimbulkan rasa peduli dan paham terhadap ancaman dan berani bersikap. Hal ini akan meminimalisir relasi kuasa menjadi relasi setara sehingga kemungkinan menjadi korban menjadi lebih kecil," katanya.

Selain itu, kata Yoyok, metode pendidikan seks dalam muatan kurikulum di sekolah hendaknya dirancang secara menarik dan membuka ruang diskusi. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi rasa ingin tahu anak.

"Seks bukan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dan anak yang memiliki persoalan seks tidak untuk dimarahi atau ditertawakan atau bahkan dipersalahkan. Tetapi perlu ditemani dan disupport utk lebih berani terbuka," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Regional
Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Regional
Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Regional
Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Regional
Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Regional
Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Regional
Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Regional
TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

Regional
Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Regional
Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Regional
Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Regional
Polisi Tangkap 2 Pembunuh Mahasiswa di Sorong

Polisi Tangkap 2 Pembunuh Mahasiswa di Sorong

Regional
Mengenang Jembatan Ngembik Magelang Sebelum Dibongkar, Uji Adrenalin sampai Swafoto

Mengenang Jembatan Ngembik Magelang Sebelum Dibongkar, Uji Adrenalin sampai Swafoto

Regional
Pilkada Ende, Calon Independen Wajib Kantongi 21.101 Dukungan

Pilkada Ende, Calon Independen Wajib Kantongi 21.101 Dukungan

Regional
Pernah Panah Anggota TNI, Anggota OPM Kodap IV Sorong Kini Kembali ke NKRI

Pernah Panah Anggota TNI, Anggota OPM Kodap IV Sorong Kini Kembali ke NKRI

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com