KOMPAS.com - Musdalidah (10), siswi SD di Samarinda diduga diusir gurunya dari ruang kelas saat ujian pada Selasa (31/5/2022).
Saat itu Musdalifah baru pertama kali datang ke sekolah setelah dibukanya pembelajaran tatap muka.
Musdalifah dan adiknya, Merlin (9) adalah anak piatu. Sang ibu meninggal sejak tiga tahun yang lalu dan sang ayah dipenjara karena terjerat kasus pidana.
Musdalifah dan adiknya pun tinggal bersama tantenya, Siti Manuwatah (37).
Baca juga: Siswi SD Piatu di Samarinda Diusir Guru dari Kelas karena Tak Punya Ponsel dan Seragam
Mereka tinggal di sebuah rumah kayu sederhana di Jalan Pangeran Bendahara Gang Pertenunan RT 02, Kleurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang.
Siti memiliki empat anak. Dengan Musdalifah dan adiknya, Siti dan suaminya harus mengasuh enam orang anak. Sedangkan pekerjaan sang suami hanya serabutan.
Selama pandemi, Musdalifah jarang ikut pelajaran online karena tak memiliki ponsel yang memadai.
Ia hanya memiliki ponsel bekas yang sering rusak sehingga ia tak efektif belajar. Karena kondisi tersebut, ia pun selalu ketinggalan pelajaran.
"Dia punya HP. Tapi sering error. Mati hidup mati hidup saat belajar online sampai rusak, enggak bisa pakai lagi," kata Siti, Selasa (7/6/2022).
Siti juga bercerita saat tatap muka, giliran seragan sekolah Musdalifah yang kekecilan.
Karena tak ada seragam, Musdalifah tak ke sekolah. Siti berusaha mencari seragam bekas tetangga, tapi tak ada.
Akhirnya informasi itu tersebar hingga murid itu mendapat bantuan seragam dari para relawan sosial di Samarinda.
Senin (30/5/2022), hari pertama ujian kenaikan kelas dimulai. Namun, tim relawan baru membawa Musdalifah membeli seragam.
Setelah dibeli, keesokan harinya, dia masuk sekolah diantar oleh seorang relawan.
Pada Selasa (31/5/2022), Musdalih ikut ujian kenaikan kelas tatap muka di sekolah. selama pandemi, ia baru pertama kali datang ke sekolah.