Bagi anak pertama dari tiga bersaudara ini, hal yang paling penting adalah berbagi kepada sesama, terutama anak-anak di panti asuhan.
“Kita biasa berbagi dengan adik-adik Papua di panti asuhan pada saat merayakan Natal bersama-sama dan ulang tahun Yayasan kita rayakan bersama-sama dengan adik-adik,” ungkap wanita yang pernah mengikuti Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) Indonesia-Malaysia Youth Exchange Program (IMYP) pada 2019 ini.
Baca juga: Mengenal Suku Korowai di Papua Selatan, Hidup di Pohon, Menjunjung Tinggi Hak Ulayat
Patricia mengatakan, sebelum mengunjungi anak-anak Papua di panti asuhan dan berbagi dengan mereka, Patricia bersama rekan-rekannya membawa barang-barang, berupa pakaian layak pakai, bahan makanan, dan lainnya.
Menariknya, barang-barang yang dikumpulkan ini merupakan gerakan bersama yang dilakukan oleh Patricia bersama dengan rekan-rekannya.
“Sebelum kita lakukan kunjungan ke adik-adik di panti asuhan. Kita akan kumpulkan barang-barang yang kita bawah ke mereka. Ketika semua sudah terkumpul, maka kita akan bawa dan berbagi dengan adik-adik di panti asuhan. Ini merupakan gerakan sosial yang kita lakukan bersama-sama di dalam Papua Foundation,” ungkap pemudi yang pernah mewakili Provinsi Papua dalam Jambore Pemuda Indonesia di Kalimantan, Yogjakarta, dan Kalimantan Timur pada 2014 ini.
Pada 2019, Patricia mengumpulkan beberapa rekan-rekannya dan mulai membicarakan mengenai gerakan-gerakan sosial yang dilakukan untuk memberikan kontribusi nyata bagi sesama.
Alhasil dari pertemuan yang dilakukan bersama beberapa rekan-rekan, Patricia berhasil mendirikan sebuah Yayasan yang diberikan nama Papua Foundation.
Kehadiran yayasan ini ikut membantunya dalam memberikan bantuan kepada orang lainnya.
“Awalnya bersama beberapa teman-teman dan sharing bersama, sehingga berkomitmen untuk membangun Yayasan dan bergerak di bidang sosial, sehingga lahirlah Papua Foundation,” ucap Patricia.
Baca juga: Bawa 1 Kilogram Ganja, Seorang WN Papua Nugini Ditangkap
Kata Patricia, gerakan sosial yang dilakukan ini tidak terlepas dari kehidupannya selama ini di Papua. Apalagi ia merupakan wanita Papua yang sebenarnya sudah mengetahui dengan pasti kehidupan masyarakat di Papua.
Tak hanya itu, Patricia sendiri merupakan anak asli Sentani, Kabupaten Jayapura. Selama ini, dia sudah hidup dan dibesarkan di Papua.
“Kita sudah berdiri di kaki kita sendiri, sehingga bagaimana kita bisa membantu orang lain, sehingga kita punya adik-adik, mereka bisa menempuh sekolah dan bisa sekolah 9 tahun wajib pendidikan,” ujarnya.