Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nelayan Kecil di Maluku Tengah yang Selalu Luput dari Bantuan Pemerintah

Kompas.com - 07/04/2022, 20:51 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Andi Hartik

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Keinginan sejumlah nelayan kecil di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, untuk memiliki kapal sendiri dan alat tangkap yang berkualitas sepertinya masih jauh dari harapan.

Sebab sejauh ini, banyak sekali nelayan kecil di wilayah itu yang masih melaut dengan mengandalkan perahu sampan dan juga alat tangkap seadanya. Dengan hanya menggunakan perahu sampan, maka para nelayan tidak bisa melaut jauh dari pesisir pantai.

Amudin, salah satu nalayan di Dusun Mamoking, Desa Tulehu, Kecamatan Salahtu, mengatakan, selama ini ia hanya bisa mencari ikan di sekitar perairan desanya dan tidak bisa melaut ke peraiaran yang lebih jauh  karena tidak punya kapal dan alat tangkap yang baik.

Baca juga: Cerita Nelayan di Banyuwangi, Hasil Tangkapan Tak Menentu, Berharap Bantuan Pemerintah

“Beta (saya) hanya punya perahu dan tidak punya kapal jadi hanya bisa mencari ikan dekat-dekat saja,” kata Amudin saat ditemui Kompas.com di rumahnya di Dusun Mamoking, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, Rabu (6/4/2022).

Sebagai nelayan kecil, hasil tangkapan Amudin setiap hari tidak sama dengan nelayan yang telah memiliki kapal sendiri dan alat tangkap yang bagus.

Hasil tangkapan nelayan yang memiliki kapal dan alat tangkap berkualitas akan lebih baik dibandingkan dengan nelayan kecil yang masih mengandalkan perahu sampan.

Baca juga: 8 Daerah Penghasil Ikan Terbesar di Indonesia, Maluku Utara Menyimpan Potensi Ikan Tuna yang Belum Tergarap

Amudin mengaku, melaut membutuhkan kesabaran ekstra. Sebab, tidak setiap nelayan dapat membawa pulang hasil tangkapan dengan jumlah yang melimpah setiap hari. Terkadang, ada nelayan yang harus pulang dengan tangan hampa meski seharian berada di laut.

Selain karena faktor keberuntungan, cuaca laut yang tidak bersahabat juga menjadi penyebab utama para nelayan tidak bisa menangkap ikan sesuai yang diharapkan.

“Apalagi kalau datang cuaca buruk, lebih baik pulang karena kalau mau coba-coba melawan itu sama saja kita mau nyawa kita melayang,” katanya.

Amudin (65) seorang nelayan kecil di Dusun Mamoking, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah berdiri di pinggir rumahnya, Rabu (6/4/2022)KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Amudin (65) seorang nelayan kecil di Dusun Mamoking, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah berdiri di pinggir rumahnya, Rabu (6/4/2022)
Menurut Amudin, saat cuaca lagi tenang dan ikan di laut melimpah, biasanya dia dan para nelayan lain selalu membawa pulang hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak. Hasil tangkapan yang didapat kemudian dijual ke pasar dan sisanya dimakan.

Adapun pasar yang menjadi tempat tujuan penjualan hasil tangkapan para nelayan di wilayah itu yakni Pasar Tulehu dan Pasar Ikan Kota Ambon. Biasanya, para nelayan membawa langsung hasil tangkapan ke Ambon karena jumlah hasil tangkapan yang didapat sangat banyak.

“Kalau ikan banyak kita bawa langsung ke Ambon tapi kalau sedikit kita jual di sini saja dan sisanya untuk makan,” katanya.

Baca juga: Tim SAR Tutup Operasi Pencarian 8 Penumpang Speedboat yang Hilang di Maluku

Amudin sendiri sudah 40 tahun menjalani seorang nelayan. Banyak suka dan duka yang sudah dilalui. Jika hasil tangkapan sedang banyak, kebutuhan keluarga akan terpenuhi. Begitu sebaliknya. Ia dan keluarga hanya bisa pasrah saat hasil tangkapan tak memuaskan.

“Ya hidup ini naik turun kadang kalau dapat rezeki bisa beli beras, dan bisa memenuhi kebutuhan lain untuk keluarga, tapi kalau tidak ada yang didapat kita sabar saja kadang mau beli beras tidak ada uang,” katanya.

Baca juga: Polda Maluku Salurkan Bantuan 1 Ton Beras ke Warga Pelauw di Pulau Haruku

Selama puluhan tahun melaut, banyak kejadian membahayakan nyawa yang kerap menimpa Amudin. Ia mengisahkan pernah terjebak cuaca laut yang sangat buruk, perahunya dihantam badai dan gelombang tinggi hingga nyaris tenggelam.

Dari semua kejadian itu, ia selalu menjadikannya sebagai pelajaran bahwa hidup sangatlah keras dan menyerah bukanlah sebuah jalan yang tepat.

Alhamdulillah beberapa kali saya selalu selamat dari maut,” katanya.

Kerja serabutan

Meski hanya sebagai seorang nelayan kecil, Amudin bersyukur karena masih dapat menghidupi keluarganya dari hasil melaut. Saat ini, Amudin menyebut, kondisi semakin sulit, pendapatannya pun terus menurun dan tidak seperti dulu lagi.

“Mungkin karena sudah tua jadi sudah tidak seperti dulu lagi,” katanya.

Amat, salah satu nelayan Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah memperlihatkan hasil tangkapannya usai melaut, Rabu (6/4/2022)KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Amat, salah satu nelayan Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah memperlihatkan hasil tangkapannya usai melaut, Rabu (6/4/2022)
Amudin sendiri tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah gantung sangat sederhana yang berada tepat di bibir pantai Dusun Mamoking.

Menurutnya, saat musim cuaca buruk tiba, ia tidak lagi pergi melaut untuk menghidupi keluarganya. Sebagai gantinya, ia harus memilih kerja serabutan untuk tetap bertahan hidup selama cuaca buruk berlangsung.

Biasanya, cuaca buruk kerap melanda laut Maluku terhitung mulai April hingga Oktober. Saat periode cuaca itu datang, Amudin dan sejumlah nelayan kecil lainnya memilih tidak melaut selama berbulan-bulan.

“Ya kita kerja di luar, kerja serabutan kadang kerja rumah dan lain-lain untuk tetap bisa hidup,” ujarnya.

Baca juga: SPBU di Kota Ambon Tak Jual Pertalite di Hari Minggu, Ini Penjelasan Pertamina

Berbeda dengan nelayan-nelayan besar yang punya armada kapal yang memadai, sebagai nelayan kecil yang hanya bermodalkan perahu sampan dan mesin ketinting, ia tidak bisa melawan alam yang sedang bergejolak saat waktunya tiba.

Karenanya, untuk tetap bertahan hidup ia terpaksa memilih mencari pekerjaan sampingan agar keluarganya tetap bisa makan.

“Kalau tidak mau bagaimana,” katanya.

Baca juga: Selama Ramadhan, Dinkes Ambon Akan Layani Vaksinasi Covid-19 di Malam Hari

 Tak pernah dapat bantuan  

Amudin mengatakan, meski sudah puluhan tahun menjadi nelayan, ia tak pernah sekali pun mendapat bantuan dari pemerintah. Setiap kali bantuan datang, namanya tidak pernah ada dalam daftar penerima bantuan.

Padahal, bantuan seperti bodi fiberglass dan mesin johnson serta alat tangkap lainnya yang selalu dibagikan sangat dibutuhkannya untuk menambah hasil tangkapan.

“Di sini saya dan beberapa nelayan tidak pernah dapat bantuan-bantuan itu, tapi saya heran yang bukan nelayan tapi dapat bantuan,” katanya.

Dia mengaku heran karena dalam beberapa kasus ada banyak bantuan diberikan pemerintah namun salah sasaran. Ada pegawai negeri sipil (PNS) dan orang-orang yang bukan nelayan malah mendapat kapal dan alat tangkap.

Sementara nelayan yang setiap hari pergi melaut malah tidak mendapatkan bantuan tersebut.

“Di sini banyak seperti itu, kita yang orang Buton dan bukan orang asli di sini kadang diperlakukan seperti itu, malah yang dapat bantuan itu ada PNS dan tukang jahit. Ini ada juga yang mau jual,” ujarnya.

Menurut Amudin, namanya berulang kali didata sebagai penerima bantuan namun saat bantuan datang, mereka tidak pernah mendapatkan bantuan itu.

Ia juga mengaku, sejumlah anggota DPRD kerap memintanya dan beberapa rekannya untuk memasukkan proposal, namun bantuan yang diharapkan tak kunjung datang.

“Jadi saya sudah tidak percaya lagi. Kita didata setiap saat suru bikin proposal tapi sama saja kalau tidak punya orang dalam ya pasti tidak dapat,” ujarnya.

Amudin mengaku, meski tidak pernah mendapat bantuan, ia tidak pernah berkecil hati. Sebagai nelayan yang sudah puluhan tahun menjadikan laut sebagai tempat mencari nafkah, ia meyakini bahwa Tuhan telah menaruh rezeki pada setiap orang yang dikehendaki.

Menurutnya, mengharapkan sesuatu yang tidak akan terjadi hanya akan membuat ia dan nelayan lainnya patah hati.

“Jadi kita sabar saja. Itu yang PNS dan tukang jahit yang dapat bantuan malah menjual bantuannya ke nelayan, karena mereka tidak bisa menggunakannya, mereka bukan nelayan,” katanya.

Nelayan di Dusun Mamoking, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah memilkul hasil tangkapan seusai melaut, Rabu (6/4/2022)KOMPAS.COM/RAHMAT RAHMAN PATTY Nelayan di Dusun Mamoking, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah memilkul hasil tangkapan seusai melaut, Rabu (6/4/2022)
Nelayan lain, Wirasta Wally mengungkapkan hal yang sama. Ia mengaku tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah, padahal hampir setiap tahun ada banyak bantuan untuk para nelayan yang dibagikan.

“Saya tidak pernah dapat, tidak tahu mengapa kita tidak pernah dapat,” ujarnya.

Ia mengaku heran karena banyak bantuan untuk nelayan selama ini kerap salah sasaran. Menurutnya, bantuan itu malah diberikan kepada PNS dan orang yang bukan nelayan. Sementara mereka yang benar-benar nelayan malah tidak mendapat bantuan.

“Di sini kampung nelayan tidak ada petani di sini tapi mereka yang dapat bantuan ini yang tidak punya hak yang tidak pernah ke laut,” katanya.

Ia mengaku, nelayan selalu membeli bodi fiberglass dan alat tangkap dari mereka yang bukan nelayan.

Baca juga: Kapal Layar Mati Mesin di Laut Maluku, 2 WN Australia Dievakuasi Tim SAR

“Coba lihat semua di sini itu ketintin kalau yang bodi fiberglass itu nelayan beli dari mereka yang dapat bantuan yang salah sasaran itu,” ujarnya.

Ia pun berharap ke depan pemerintah bisa lebih adil meningkatkan pengawasan terhadap penyaluran bantuan kepada para nelayan agar yang mendapatkan bantuan adalah benar-benar mereka yang berhak.

“Ya mudah-mudahan begitu, harus cek betul-betul turun ke lapangan biar jangan setiap tahun bantuan salah sasaran terus,” katanya.

Baca juga: Polda Maluku Salurkan Bantuan 1 Ton Beras ke Warga Pelauw di Pulau Haruku

Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengatakan, bantuan untuk para nelayan yang selama ini diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Tengah bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkap nelayan agar dapat meningkatkan kehidupan para nelayan di wilayah tersebut.

“Tentu kita berkomitmen agar nelayan kita bisa mendapatkan hasil tangkapan yang lebih baik, dengan begitu taraf kehidupan mereka bisa lebih baik,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (7/3/2022).

Terkait keluhan para nelayan tentang bantuan yang salah sasaran, Abua mengaku bantuan yang disalurkan selama ini berbasis data dan sesuai kebutuhan anggaran.

Ia mengaku, banyaknya nelayan yang ada di Maluku Tengah membuat pemerintah tidak bisa mengakomodir semua kebutuhan nelayan.

“Jadi kita pakai skala prioritas, biasanya itu bukan untuk orang per orang, tapi kelompok. Jadi mana yang paling membutuhkan kita arahkan ke situ,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Cerita Erik 20 Tahun Jadi Relawan Tagana demi Kemanusiaan

Regional
50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

50 Caleg Terpilih di Kabupaten Semarang Ditetapkan, Ini Rinciannya

Regional
Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Wakil Bupati Sumbawa Daftar Penjaringan Cabub di Partai Nasdem

Regional
Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Respons NasDem soal Kantornya di Labuhanbatu Disita KPK

Regional
Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Kasus Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Pos Ronda

Regional
Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Anies Minta Grup Jangan Bubar, Perjuangan Belum Selesai

Regional
Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Sepekan Pantura Sayung Banjir Rob dan Jalan Demak-Kudus Tersendat, Sopir Truk: Lelah, Boros Solar

Regional
Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Simpan Narkoba di Rumah Dinas, Oknum Camat Ditangkap Polisi

Regional
Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Semarang Night Carnival, Lalu Lintas di Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran Dialihkan

Regional
PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

PDI-P Solo Minta Cawalkot yang Diusung Bertanggung Jawab Sejahterakan Masyarakat dan Tak Pindah Parpol Lain

Regional
Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Terima Penghargaan dari Pemprov Jateng, Kota Semarang Jadi yang Terbaik dalam Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka

Regional
APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

APBD Kalteng Meningkat 2 Kali Lipat dalam 8 Tahun, Capai Rp 8,79 Triliun pada 2024

Regional
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Regional
Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Regional
Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com