SUMBAWA, KOMPAS.com - Masjid Agung Nurul Huda begitu melekat di hati masyarakat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdiri pada tahun 1648 masa awal Kesultanan Sumbawa, masjid itu menyimpan sejarah panjang penyebaran ajaran Islam di tanah Sumbawa.
Masjid ini terletak di pusat Kecamatan Sumbawa. Lokasinya berada di sebelah Kesultanan Sumbawa, yaitu Istana Tua Dalam Loka.
"Dulu itu, Masjid Agung Nurul Huda milik kesultanan, di sampingnya ada Istana Dalam Loka dan di sebelahnya ada pemakaman yang terhubung satu sama lain dalam satu lingkungan," kata Sekretaris Lembaga Adat Tana Samawa (LATS), Syukri Rahmat kepada Kompas.com, Kamis (7/4/2022).
Baca juga: Sirkuit MXGP Samota Sumbawa Ditargetkan Rampung 2 Pekan
Syukri menjelaskan, ada makna filosofis dari tiga kompleks yang saling terhubung itu. Yaitu untuk mengingatkan supaya manusia tidak lupa beribadah dan selalu mengingat akan datangnya kematian.
Menurut Syukri, masjid itu pertama kali berdiri pada tahun 1648 di masa awal Kesultanan Sumbawa. Namun, masjid itu sudah mengalami pemugaran. Masjid yang berdiri saat ini adalah hasil pemugaran.
"Masjid di samping Istana Dalam Loka itu sudah berdiri pada tahun 1648, sejak awal masa kesultanan," ungkapnya.
Baca juga: Gubernur NTB Bertemu Ahok Bahas MXGP Samota Sumbawa
Pada masa Sultan Sumbawa Dewa Mas Pamayam yang juga disebut Mas Cini (1648-1668), masjid di lingkungan istana sudah ada, tetapi bentuknya masih sederhana.
Pada masa itu, ajaran Islam semakin kuat di Sumbawa. Kemudian, pada masa Sultan Harun Al-Rasyid I (1675-1702), di lokasi tersebut ada makam sehingga masjid itu disebut masjid makam.
Sultan Sumbawa yang di makamkan di lokasi masjid yaitu Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (1883-1931) dan permaisurinya serta Sultan Muhammad Kaharuddin III (1931-1958) dan permaisurinya.
Saat ini, tersisa mimbar masjid yang bertuliskan 1299 H/1878 M yang tersimpan di Museum Daerah Sumbawa.
Baca juga: Ajang Motocross MXGP di Samota Sumbawa Dikontrak 4 Tahun
Dikatakan Syukri, pada tahun 1931, sempat dilakukan rehab dalam skala kecil. Kemudian, pada masa pemerintahan Yakub Koeswara selaku Bupati Sumbawa yang memimpin pada 1989-1999, masjid itu dirobohkan dan dibangun yang baru dan diberi nama Masjid Agung Nurul Huda.
"Waktu itu bupati memotong gaji PNS yang ada di Sumbawa untuk pembangunan masjid Nurul Huda," kata Syukri yang merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sumbawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.