Menanggapi kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng di Kendari, pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Kendari, Syamsul Anam mengatakan, dari sisi produksi nasional, minyak goreng baik curah maupun kemasan sebenarnya cukup untuk kebutuhan konsumen dalam negeri.
Hanya problemnya, ada kebijakan domestic market obligation dan domestic price obligation yang sebenarnya dari sisi tujuan juga bagus, yakni menggaransi petani sawit di satu sisi dan ketersediaan bahan baku di sisi lain.
Baca juga: Emak-emak Meninggal Saat Antre Minyak Goreng, Pengamat: Memilukan...
Hanya saja kebijakan ini banyak disalah tafsirkan sehingga terjadi kisruh yang mendorong aksi ambil untung baik pada tingkatan rantai distribusi maupun produsen.
"Hemat saya pemerintah sangat lambat, mengantisipasi ini, padahal problem pokok sudah diketahui. Harusnya ini bisa cepat diantisipasi oleh pemerintah daerah terutama memastikan ketersediaan oleh distributor dan atau pengecer," kata Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Muhammadiyah Kendari.
Ia menjelaskan, terjadi kepanikan di tingkat masyarakat tidak bisa disalahkan, itu alamiah jika warga tiba-tiba menyetok karena mereka membaca sinyal pasar dan pemerintah yang maju mundur menangani kelangkaan.
Baca juga: Terjadi Lagi, Aksi Penipuan Jeriken Minyak Goreng Diisi Air, Korban Rugi Jutaan Rupiah
Atas kondisi ini, Syamsul menilai, ada pihak yang diuntungkan, dan ini kondisi awal, selanjutnya akan muncul pemburu rente
"Jadi kita sudah di fase tiga, ketemunya para pemburu rente dengan lambatnya penanganan dari pemerintah," tukas Syamsul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.