Menurut Sururi, pihak kepolisian sempat meminta izin keluarga untuk mengotopsi jenazah Lilik, tapi keluarga menolaknya.
Keluarga telah menerima kejadian yang menimpa Lilik adalah musibah.
"Awalnya pihak Polri mau otopsi, tapi kami keluarga almarhum menolak adanya otopsi, dan tidak melakukan tuntutan terhadap pihak manapun," tandas Sururi.
"Kami juga membuat surat pernyataan (penolakan otopsi), lalu kami kirim ke rumah sakit, sehingga jenazah bisa segera dibawa pulang. Sampai rumah sekitar pukul 01.00 WIB (Minggu)," lanjut dia.
Baca juga: 3 Fakta Insiden Berujung Maut di PLTP Dieng, Geo Dipa Pastikan Bukan karena Ledakan Salah Satu Sumur
Berdasarkan penjelasan PT. Bormindo, kata Sururi, sebelum insiden itu Lilik bersama tim sedang bekerja seperti biasa di salah satu sumur di PLTP Dieng sekitar pukul 15.00 WIB.
Tapi, tiba-tiba sumur bor itu mengeluarkan asap yang diduga beracun.
"Pak Lilik dari lokasi itu sudah lari menyelamatkan diri, tapi medannya sulit, Pak Lilik sempat jatuh. Mungkin karena kecapekan, lalu menghirup gas itu. Saat itu Pak Lilik sendiri, sedangkan tim lainnya mencari jalan sendiri (saat menyelamatkan diri)," papar Sururi.
Dikatakan, almarhum ditemukan tergeletak di sekitar 30-50 meter dari sumur bor. Saat itu almarhum masih dapat berbicara meskipun kondisi tubuh sudah lemah.
"Pak Lilik lalu dibawa ke Puskesmas Kejajar (Wonosobo), tapi sudah enggak ada (meninggal dunia)," tutur Sururi.
Baca juga: Kronologi Insiden di PLTP Dieng, Seorang Pekerja Tewas Diduga Hirup Gas Beracun
Corporate Secretary PT Geo Dipa Energi (Persero) Endang Iswandini menyampaikan, insiden tersebut terjadi di wilayah kerja Geo Dipa Unit Dieng, tepatnya di sumur Pad 28.
Hanya saja, sambung Endang, peristiwa tersebut bukan disebabkan oleh ledakan di salah satu sumur maupun sumur pengeboran.
Insiden terjadi di sumur eksisting PLTP Dieng Unit 1 yang sedang diperbaiki oleh rig kontraktor.
Saat itu, pekerja tengah melakukan kegiatan quenching (pendinginan) sumur. Pada saat kejadian tersebut, relief valve terbuka secara otomatis di bawah standar tekanan yang seharusnya.
Lalu, seorang pekerja yang merupakan Pelaksana Pekerjaan Workover berinisiatif memeriksa relief valve (katup Pelepas) di mud pump-1 (pompa lumpur) yang terbuka secara otomatis.
Akan tetapi, tiba-tiba, pekerja itu jatuh pingsan. Ia lantas dilarikan ke Puskesmas Kejajar 1 Wonosobo. Korban diduga menghirup gas beracun yang keluar bersama air sewaktu relief valve terbuka otomatis.
Atas kejadian ini, Endang mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan penanganan supaya dampak peristiwa tersebut tidak meluas. Ia memastikan, seluruh pekerjaan yang dilakukan sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.