Mia mengungkapkan, pasir dan kerikil yang dijualnya didatangkan dari Kecamatan Waigete.
Pasir diayak, kerikil dikumpulkan lalu dijual olehnya.
"Saya beli pasir di Waigete, satu truk itu Rp 400.000 hingga Rp 500.000. Sampai sini baru dipisahkan kerikil dan pasirnya. Kalau ada batu besar saya pukul pakai palu," ujarnya.
Baca juga: 9 Pelaku Pemerkosaan Siswi SMP di NTT Ditangkap, 1 Orang Masih Kabur
Mia mengungkapkan pendapatan yang didapat dari jualannya sangat tidak menentu. Apalagi ia tidak memiliki pelanggan tetap.
"Kalau untung, satu hari bisa sampai Rp 100.000 atau Rp 200 000. Tapi saat sepi seminggu baru dapat Rp 200.000 atau Rp 300.000. (Musim) Corona ini susah kadang pulang tanpa bawa uang," kata Mia.
Saat jualannya sedang sepi, biaya pendidikan untuk anak-anaknya sering telat dibayar. Namun, ia selalu yakin pasti ada jalan, walau tertatih-tatih.
Bagi Mia, pekerjaan itu sudah mendarah daging. Ia tidak putus asa. Sebab, tidak ada pilihan lain untuknya mengais rezeki.
"Yang penting kerja dengan halal," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.