KOMPAS.com - Kabupaten Pati terletak di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Pati termasuk daerah Pantai Utara Jawa yang berjarak 84,7 km dari Kota Semarang.
Ibu kota Kabupaten Pati berada di Pati.
Kabupaten Pati memiliki luas wilayah seluas 100.769 ha. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah sehingga potensial menjadi lahan pertanian.
Batas wilayah Kabupaten Pati adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Laut Jawa.
Sejak 2006, Kabupaten Pati terdiri dari 21 kecamatan, 401 desa, dan 5 kelurahan.
Berikut beberapa fakta Kabupaten Pati:
Suatu wilayah yang bernama Paranggaruda memiliki hajat menikahkan putra satu-satunya yang bernama R Jaseri atau Menak Jasari dengan putri Adipati Carangsoko yang bernama Dewi Ruyung Wulan. R Jaseri adalah pemuda dengan fisik cacat dan berwajah jelek.
Dewi Ruyung Wulan bersedih, karena ia tidak menyukai calon suaminya.
Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Rembang, Kabupaten di Jateng Berjuluk “The Cola of Java”
Dalam pernikahan tersebut, Dewi Ruyung Wulan meminta adanya pagelaran wayang dengan dalang Ki Soponyono, seorang dalang terkenal.
Dewi Ruyung Wulan meminta cerita pewayangan yang ditampilkan adalah cerita sedih.
Dalam pagelaran tersebut, Ki Soponyono mengajak dua adik perempuannya yang cantik, Ambarsari dan Ambarwati, keduanya bertindak sebagai waranggano swarawati.
Tiba-tiba terjadi keributan, Dewi Ruyung Wulan turun dari pelaminan an menjatuhkan diri ke pangkuan Dalang Soponyono, ia minta dibawa pergi.
Ki Soponyono terkejut lalu ia mengeluarkan kesaktiannya dan melarikan diri bersama dengan Dewi Ruyung Wulan beserta kedua adiknya.
Adipati Paranggaruda memerintahkan patihnya, Singopadu untuk mengejar Dalang Soponyono dan Dewi Ruyung Wulan. Adipati Paranggaruda sampai memporak-porandakan desa.
Ki Soponyono, Dewi Ruyung Wulan, dan kedua adik dalang lari masuk hutan mengikuti arus sungai. Dewi Ruyung Wulan hingga melepas pakaian kebesarannya berganti pakaian penduduk agar tidak mudah dikenali.
Baca juga: Sejarah Gorontalo, Provinsi yang Menyatakan Merdeka Sebelum Republik Indonesia
Sampailah mereka di Dukuh Bantengan (Trangkil) wilayah Panewon Majasemi, saat itu matahari tengah bersinar terik.
Karena kehausan, Ki Soponyono mengambil semangga dan mentimun di sawah sebagai obat dahaga.
Mereka tidak menyadari bahwa gerak-geriknya diawasi adik pemilik sawah, Panewu Sukmoyono, yang bernama Raden Kembang Joyo.
Sampai kemudian, Ki Soponyono dan Raden Kembang Joyo berperang lantaran pencurian semangka dan mentimun.
Ki Soponyono kalah sakti dibanding Raden Kembang Joyo, kemudian keempatnya, Ki Soponyono, Dewi Ruyung Wulan dan kedua adiknya, menjadi tawanan R Kembang Joyo.
Saat, Ki Soponyono mengutarakan alasannya mencuri semangka dan mentimun pada Panewu Sukmayono, pemilik sawah ini tidak sampai hati. Hingga akhirnya, mereka ditampung dan dilindungi.
Sebagai rasa terima kasih, Ki Soponyono mempersembahkan kedua adiknya pada Panewu untuk dijadikan hambanya.
Ambarsari diperistri oleh Panewu sebagai selir, sedangkan Ambarwati dibarikan pada R Kembang Joyo untuk dijadikan istri. Sementara, Dewi Ruyung Wulan dikembalikan ke ayahandanya Adipati Carangsoko, Puspo Handung Joyo.
Baca juga: Sejarah Jombang, “Kota Santri Tempat Lahir Gus Dur hingga Sejumlah Pahlawan Nasional
Dalam perjalanan selanjutnya, Raden Kembang Joyo berhasil mengalahkan pasukan Paranggarudo, pasukan R Jaseri yang terus mengejar Dewi Ruyung Wulan.
Sebagai ucapan terima kasih, Dewi Ruyung Wulan diberikan pada Raden Kembang Joyo yang behasil mengalahkan Adipadi Paranggarudo lalu menetap di Carangsoko menggantikan Puspo Handung Joyo sebagai pimpinan wilayah itu.
Setelah diangkat menjadi Adipati Carangsoko, Raden Kembang Joyo menggabungkan tiga kadipaten, yaitu Paranggarudo, Carangsoko, dan Majasemi menjadi satu Kadipaten Pati.
Nama Pati diperoleh, saat Raden Kembang Joyo dan Ki Dalang Soponyono tengah meminum dawet usai membuka hutan yang dijajakan Ki Sagola.
Raden Kembang Joyo terkesan dengan kesegaran dawet yang terbuat dari Pati Aren yang diberi santan kelapa dan gula aren. Terinspirasi dari minuman itu, kelak pembukaan hutan selesai akan diberi nama Kadipaten Pati - Pesantenan.
2. Kabupaten Pati Berjuluk Kota Kacang, 'Hogwarts van Java', Kota Pensiunan, dan Kota Manggis
Karena dua pabrik kacang terbesar mengapit di bagian timur dan barat Kota Pati.
Selain itu, Kabupaten Pati juga dijuluki 'Hogwarts van Java' karena dilatarbelakangi oleh banyaknya paranormal yang berasal dari daerah ini.
Baca juga: Kebakaran Pabrik Dua Kelinci di Pati, Api Diduga Berasal dari Gudang Kacang
Pati juga memiliki julukan lain, yaitu Pati Bumi Mitra Tani, Kota Pensiunan, dan Kota Manggis.
Julukan Bumi Mitra Tani tidak lain karena penduduknya mayoritas bekerja di bidang pertanian, bahkan 70 persen lahan di Kabupaten Pati adalah sawah.
Sementara, julukan Kota Manggis karena Kabupaten Pati merupakan penghasil Manggis terbesar di Jawa Tengah, selain Cilacap.
Adapun, julukan Kota Pensiunan muncul karena para pemudanya memilih mencari pekerjaan di tempat lain atau ke luar negeri menjadi TKW atau TKI, karena minimnya industri di kawasan ini.
3. Pati Beriklim Tropis
Seperti daerah lainnya, Kabupaten Pati beriklim tropis yang hanya memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Bulan basah lebih banyak dibandingkan dengan temperatur terendah 23 hingga tertinggi 39 derajat Celsius.
4. Jumlah Penduduk Kabupaten Pati
Jumlah penduduk Kabupaten Pati menurut data Sensus Penduduk BPS pada 2020 adalah 1,32 juta jiwa. Dibandingkan data sensus sebelumnya, jumlah penduduk Kabupaten Pati terus mengalami peningkatan.
Baca juga: Di Pati, Ada Nasi Goreng Seharga Rp 3.000 Per Porsi, Sehari Laku hingga 300 Piring
Dalam kurun waktu 10 tahun antara 2010 - 2020, jumlah penduduk Kabupaten Pati mengalami penambahan sekitar 133,20 ribu jiwa atau rata-rata 13,32 ribu jiwa setiap tahun.
5. Makanan Khas Pati
Kabupaten Pati memiliki sejumlah makanan khas, seperti nasi gandul, mangut ndas manyun, soto kemiri, petis kambing runting, kotokan gereh tongkol, sego tewel, kempleng urang, botok masin, dan sayur tempe bosok.
Oleh-oleh khas Kabupaten Pati berupa bandeng presto juwana, kerupuk daging, kerupuk ampo, kerajinan kuningan, batik bakaran, dan jenang landoh
(Jatimulyo)
Sumber: https://www.patikab.go.id/, /video.tribunnews.com/view/8, bpbd.patikab.go.id/h,
https://www.patikab.go.id/v, dan https://patikab.bps.go.id/p